Pandu Hidayatullah

Belajar Kepemimpinan Dari Seorang Penggembala

Pandu Hidayatullah

Membaca sekilas judul diatas kebanyakan orang akan mengernyitkan dahi. Kok belajar kepemimpinan kepada seorang penggembala, sepertinya tidak ada hubungannya sama sekali. Dimana seorang pemimpin identik dengan kemegahan, kewibawaan, pangkat, dan hal hal mewah lainnya.  Sementara seorang penggembala sangat bertolak belakang dengan kondisi tersebut. Mulai dari penampilannya yang sederhana, berlatar belakang dari keluarga kurang mampu, dan biasanya juga tidak berpendidikan tinggi.

Namun jika kita pelajari secara mendalam ternyata banyak nilai dan pelajaran yang bisa kita ambil dari seorang penggembala, khususnya terkait dengan dunia kepemimpinan. Menjadi catatan bahwa Nabi Muhammad SAW juga adalah seorang penggembala di masa kecilnya. Bahkan beliau bersabda “Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi menggembala kambing”. Dari potongan hadis tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa begitu pentingnya proses menjadi penggembala bagi calon pemimpin besar. Sampai sampai semua Nabi pernah mengalami masa menjadi seorang penggembala.

Amanah

Pelajaran yang pertama yang bisa kita ambil dari seorang penggembala yaitu amanah terhadap tugas dan kewajibanya. Menjadi kewajaran bahwa hal pertama yang selalu dipikirkan oleh seorang penggembala adalah bagaimana kebutuhan hewan ternaknya bisa tercukupi dengan baik. Mulai dari kebutuhan makan, minum, istirahat dan kesehatan hewan yang dipeliharanya. Sehingga seorang penggembala pasti akan mencarikan rumput yang hijau dan segar, air yang bersih serta memberikan waktu istirahat yang cukup agar hewan ternaknya bisa sehat dan tumbuh besar.

Seorang penggembala akan merasa tenang dan bahagia manakala hewan ternaknya bisa makan dengan enak, sekalipun dirinya sendiri belum makan. Bagi penggembala yang dipikirkan adalah ternaknya bukan dirinya sendiri. Ia akan selalu bekerja keras bahkan sampai menomor duakan dirinya sendiri demi hewan yang menjadi tanggung jawabnya. Intinya adalah seorang penggembala sangat amanah terhadap tugas dan kewajibannya. Sikap mental seperti inilah yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Ia senantiasa menjaga dan menjalankan amanahnya dengan profesional bahkan akan lebih mementingkan kepentingan rakyatnya diatas kepentingan pribadi atau golongannya.

Baca Lainnya : Pemimpin : Ditakuti, Disegani dan Dicintai

Tidak iri

Selain itu seorang penggembala tidak akan iri dengan kenikmatan yang dirasakan oleh ternaknya. Sudah pasti dia juga tidak akan berebut makanan dengan hewan yang dipeliharanya tersebut. Kerja keras dan pengorbanan yang selama ini ia lakukan terbayar lunas tatkala melihat hewan ternaknya sehat. Karena memang demikianlah tugas dari seorang pengembala. Kesehatan dan tumbuh kembang hewan ternaknya merupakan kebahagian yang tak terkira bagi dirinya.

Sikap mental seperti ini juga seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Ia tidak akan merasa iri terhadap kebahagiaan dan kesuksesan rakyatnya. Karena memang hakekat kepemimpinan adalah melayani rakyatnya dengan sepenuh hati. Bahkan ia akan rela dan dengan senang hati untuk merasakan penderitaan asal rakyatnya bisa hidup bahagia dan sejahtera. Lebih dari itu iapun rela menjadi orang yang terakhir merasakan kebahagiaan dan kesenangan setelah rakyatnya menikmatinya.

Kesederhanaan

Palajaran yang bisa kita ambil dari seorang penggembala adalah tentang kesederhanaan. Hal ini terlihat dari performance seorang penggembala secara umum. Sudah barang tentu mereka akan berpenampilan sederhana. Bagaimana mungkin mereka berpenampilan parlente sementara kerjanya hanya seorang penggembala. Bahkan akan kelihatan lucu dan ditertawakan banyak orang jika ada penggembala tapi penampilannya serba mewah.

Kesederhanaan ini biasanya juga dibarengi dengan sifat tawadhu dan tidak sombong. Bagaimana ia akan sombong, jika pekerjaanya saja hanya seorang penggembala. Bagaimana juga ia akan sombong kalau apa yang digembalanya bukan miliknya senidiri. Karena biasanya seorang penggembala adalah seorang buruh, artinya hewan yang digembalanya bukan miliknya sendiri melainkan milik tuan atau juraganya.

Begitu juga seorang pemimpin hendaknya memiliki kesederhanaan dan sikap mental tawadhu sebagaimana seorang penggembala. Seorang pemimpin jangan sampai terkesan mengumbar kemewahan dan kemegahan. Apalagi disaat rakyatnya tidak dalam kondisi yang sejahtera semua. Hal itu semata mata dikarenakan untuk menjaga perasaan rakyatnya agar lubang kesenjangan sosial tidak terlalu menganga. Selain itu juga seorang pemimpin jangan sampai bersikap sombong dengan apa yang sudah dimilikinya. Jangan mentang mentang menjadi pemimpin kemudian menyombongkan pangkat dan kedudukannya dihadapan bawahnnya. Toh pangkat dan kedudukan itu juga tidak abadi melainkan sementara waktu saja. Jika masanya tiba semuanya juga akan berakhir. Layaknya seorang pengembala yang menggembalakan ternak milik tuannya. Jika sang tuan menghendaki maka ternak tersebut akan diambilnya.

Baca lainnya : Belajar Taat, Sabar dan Semangat Dari Keluarga Ibrahim AS

Memahami karakter dan mampu mengatur

Kemudian seorang penggembala juga biasanya sangat paham dengan kebutuhan dan karakter hewan yang di gembalanya. Maksudnya adalah walaupun hewan yang digembalanya banyak, akan tetapi seorang penggembala pasti tahu dengan pasti karakter dan kebutuhan dari masing masing hewan tersebut. Hal ini wajar karena setiap hari ia selalu “bercengkrama” dengan hewan yang menjadi tanggung jawabnya tersebut. Ia sangat memahami mana hewan yang berkarakter lemah lembut dan mana hewan yang berwatak agak keras. Setelah penggembala paham akan karakter hewan gembalanya selanjutnya iapun akan bisa mengatur dan mengkondisikannya. Tentunya di dalam mengkondisikan dan mengaturnya, seorang penggembala melakukannya dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Nah adapun kaitannya dengan dunia kepemimpinan yaitu hendaknya seorang pemimpin benar benar memahami rakyatnya secara keseluruhan, luar dan dalam. Tidak cukup hanya sekedar membaca atau melihat berita lewat media saja. Seorang pemimpin harus sering sering mendengar keluh kesah dan kebutuhan dari rakyatnya. Bahkan pada tataran terententu seorang pemimpin harus terjun langsung untuk menemui rakyatnya.

Kenapa harus demikian, tidak lain agar seorang pemimpin benar benar paham dengan kebutuhan  rakyatnya. Sehingga nantinya di dalam memberikan solusi dan kebijakan akan tepat guna. Namun jika seorang pemimpin tidak memahami dengan baik karakter dan kebutuhan rakyatnya maka kebijakan atau solusi yang dibuatnya pasti akan mentah dan tidak tepat sasaran.

Fenomena sekarang ini banyak pemimpin yang mendekati rakyatnya jika pas ada maunya saja. Rakyatnya hanya dijadikan sebagai bahan pencitraan untuk mengangkat nama dan memuluskan kepentingannya semata. Selain itu seorang pemimpin juga harus mampu mengatur seluruh rakyatnya layaknya penggembala yang mengatur hewan ternaknya. Terakhir seorang pemimpin harus memiliki sifat sabar dan kasih sayang dalam melayani rakyatnya.

Itulah beberapa nilai atau pelajaran kepemimpinan yang bisa kita ambil dari seorang penggembala. Semoga kita bisa meneladani dan mengamalkan nilai nilai luhur tersebut dalam tingkatan kepemimpinnan di kehidupan kita masing masing.

Oleh : Alim Puspianto, M.Kom.I – Master Trainer Leadership & Ketua Sakoda Hidayatullah Jawa Timur Sekaligus Dosen di STAI Luqman Al Hakim Surabaya