Pemimpin : Ditakuti, Disegani dan Dicintai

by admin
Pandu Hidayatullah

Pandu Hidayatullah – Pemimpin : Ditakuti, Disegani dan Dicintai

Setiap orang pasti menghendaki perkataan dan tindakannya  senantiasa ditaati dan diikuti oleh banyak orang. Lebih-lebih bagi seorang pemimpin, hal ini menjadi sebuah keniscayaan karena salah satu tugas pemimpin adalah menggerakkan orang-orang yang dipimpinnnya agar bersedia melakukan aktifitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apa gunanya jadi pemimpin jika perkataannya sudah tidak lagi didengar  dan tidak ditaati. Apa gunanya jadi pemimpin jika sikapnya tidak mampu menginspirasi dan menjadi uswah bagi anggotanya.

Seorang pemimpin punya kewenangan dan kebebasan dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Apakah ia akan menjalankan kepemimpinannya dengan pendekatan lemah lembut, sedang, atau bahkan dengan kediktatoran. Semua itu adalah pilihan yang tentunya memiliki efek terhadap “nasib” kepemimpinannya kedepan. Adapun bagian yang sangat merasakan adalah para bawahannya. Karena pendekatan yang dipakai oleh seorang pemimpin akan bersentuhan langsung dengan anak buahnya. Sehingga nantinya pasti akan berpengaruh pada cara pandang bawahan terhadap pemimpinnya.

Taat karena takut

Setidaknya ada tiga tipe pemimpin yang harus kita pahami berdasarkan sudut pandang dari para bawahannya. Pertama adalah tipe pemimpin yang ditakuti oleh para anggotanya. Biasanya tipe pemimpin yang ditakuti oleh para bawahannya adalah pemimpin yang hanya memanfaatkan kedudukannya saja. Ia menjalankan kepemimpinannya hanya dengan pendekatan top down yang bersifat instruktif. Seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinanya dengan pendekatan instruksi apalagi kalau sampai mengarah kepada “tangan besi” sesungguhnya ia sedang membangun kehancuran. Karena ketaatan dan kerelaan anggota dalam melaksanakan dan mengikuti perintahnya itu semata mata disebabkan rasa takut yang mengancamnya.

Selain dituntut untuk idealis seorang pemimpin juga harus realistis. Ia harus bijak dalam bersikap dan mengambil keputusan. Jangan memaksakan kehendahnya sendiri tanpa memperdulikan aspirasi dari anggotanya. Jika ia mengabaikan masukan yang merupakan kontribusi real dari bawahan dan sering memaksakan kehendaknya sendiri maka sesungguhnya pemimpin tersebut juga sedang membangun ketaatan dengan ketakutan.

Para bawahannya kelihatan taat padahal di belakang mereka mengumpat. Kelihatanya mereka mengikuti padahal di belakang mereka mencaci dan membenci. Ketaatan, ketundukan dan kerelaan yang dipertontonkan oleh mereka tidak lebih hanya sekedar kamuflase semata. Semuanya semu laksana fatamorgana, kelihatanya nyata tapi hakekatnya adalah hampa.

Kepemimpinan yang dibangun dengan kekerasan akan melahirkan keterpaksaan. Jangankan anggotanya mau berkomunikasi dan memberikan kontribusi, jika terpaksa berpapasanpun pasti mereka akan cari jalan lain untuk menghindarinya. Bertemu dengan pimpinan laksana berhadapan dengan binatang buas yang siap menerkamnya. Atmosfer kepemimpinan lembaga yang seperti itu pasti sangat tidak kondusif. Suasana kerja menjadi tegang dan penuh kewaspadaan tingkat tinggi. Sehingga potensi lembaga dan seluruh orang yang ada di dalamnya tidak bisa termanfaatkan secara maksimal.

Baca juga : Antara Pemimpin dan Karyawan

Nah sebagai seorang pemimpin kita harus mengetahui dengan pasti kondisi seluruh anggota kita. Kita pastikan keaktifan dan ketaatan mereka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya bukan dikarenakan adanya rasa takut. Tetapi ketaatan dan kerelaan tersebut bersumber dari ketulusan dan kerelaan sepenuh hati. Bukan ketaatan yang dibangun dengan menebar ketakutan.

Pandu Hidayatullah

Pandu Hidayatullah

Pemimpin yang disegani

Tipe pemimpin yang kedua adalah pemimpin yang disegani oleh para pengikutnya. Untuk menjadi  pemimpin yang disegani tentu dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang besar. Untuk sampai ditingkat tersebut seorang pemimpin harus benar-benar matang, baik secara keilmuan maupun diaspek skill kepemimpinan. Karena tidak mungkin seorang bawahan bisa segan kepada pemimpinnya jika pemimpin tersebut tidak memiliki kecakapan yang matang.

Seorang pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang tidak hanya suka memberikan instruksi tapi juga selalu hadir untuk membersamai. Pemimpin yang disegani adalah pemimpin yang tidak hanya ingin tahu beresnya saja. Tetapi ia juga sangat semangat dalam bekerja dan mampu malahirkan karya nyata.  Selain itu pemimpin yang disegani selalu memberikan uswah sebelum memerintah. Sehingga dengan keteladanan tersebut menjadikan seluruh anggota segan kepadanya.

Jika seorang pemimpin sudah mencapai level disegani maka tentu secara otomatis pemimpin tersebut akan dihormati. Bagaimana mereka tidak  hormat jika pemimpinnya selalu terdepan dalam memberikan keteladanan dalam bekerja. Bagaimana mereka tidak hormat jika pemimpinnya tidak hanya bisa bicara saja tapi ia juga mampu membuktikannya dengan karya dan prestasi yang luar biasa.

Baca juga : Antara Konseptor dan Eksekutor

Level kepemimpinan tertinggi

Di dalam prakteknya kepemimpinan tidak selalu berbicara tentang arahan dan instruksi semata. Ada masanya pendekatan yang sifatnya top down tersebut harus diminimalisir sedemikian rupa. Seorang pemimpin harus berusaha mengkondisikan seluruh anggotanya dengan pendekatan hubungan yang bersumber dari hati ke hati. Sehingga mereka akan merasa nyaman dalam bekerja dan seluruh potensinyapun akan termaksimalkan.

Kondisi tersebut tidak mungkin tercipta tanpa adanya seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinnya dengan cinta. Jika seorang pemimpin membingkai kepemimpinannya dengan cinta maka secara otomatis iapun akan dicintai oleh bawahannya. Sehingga secara suka rela mereka akan melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya.

Memimpin dengan cinta bukan berarti tidak perlu aturan, justru memimpin dengan cinta sudah selesai dengan aturan dan pernak-pernik lainnya. Memimpin dengan cinta lebih berbicara tentang seberapa dekat hubungan antara pemimpin dan para anggotanya. Karena itu merupakan kunci bagi keharmonisan yang nantinya akan meningkatkan performance dan produktifitas kerja. Kita bisa mengatakan bahwa kepemimpinan dengan cinta ini merupakan level tertinggi dalam seni kepemimpinan. Hanya pribadi-pribadi hebatlah yang mampu menggerakkan kepemimpinannya dengan cinta.

Sebagai perenungan bahwa jika kepemimpinan lebih didominasi menggunakan akal dan logika maka biasanya hubungan antara pemimpin dan anggotanya akan berakhir sekejab saja. Berbeda jika kepemimpinan tersebut mampu menyentuh sampai ke hati, jalinan hubungan dan loyalitas akan terjaga kuat dan abadi.

By : Sang Pejuang

Related Articles

Leave a Comment