Pemimpin yang “Leader” (Leadership-5)

by admin
Pemimpin Leader

Pemimpin Leader

Oleh: Alim Puspianto*

Dalam dunia kepemimpinan banyak istilah yang digunakan untuk menyebut seseorang yang menduduki posisi sebagai top manajemen atau atasan. Ada yang menyebut dengan istilah pemimpin, pimpinan, bos, ketua, leader dan lain sebagainya. Tentu semua istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda. Lantas seperti apa perbedaan mendasar dan seperti apa cara kerja yang digunakan antara satu dengan lainnya. Mari kita bahas beberapa diantaranya.

Bila kita perhatikan secara seksama setidaknya ada dua aspek yang menjadikan seseorang menduduki posisi sebagai seorang “pemimpin”. Pertama adalah  aspek internal yaitu suatu aspek yang berkaitan dengan karakter dan kompetensi diri seseorang. Maksudnya adalah seseorang akan menjadi pemimpin manakala ia mempunyai karakter dan kemampuan yang memadai. Sehingga menjadikannya dihormati dan perkataan serta intruksinya diikuti oleh banyak orang.

Kedua adalah aspek eksternal yaitu suatu kondisi atau “kekuatan” yang datangnya dari luar dirinya.  Misalnya seseorang bisa memerintah atau mengintruksikan sesuatu kepada anggotanya karena ia memiliki jabatan. Atau orang yang diperintah dikasih imbalan tertentu. Bisa juga aspek eksternal itu berupa kekutatan yang dipakai untuk memaksa dan mengancam.

Dua aspek itulah yang kemudian bisa membedakan sesorang “pemimpin”. Apakah ia dikatakan sebagai pemimpin sejati atau hanya sekedar pimpinan. Jika seseorang menjalankan kepemimpinannya hanya bermodal pengaruh eksternal maka sejatinya ia adalah seorang pimpinan. Tetapi jika seseorang mempunyai pengaruh internal yang berupa karakter dan kompetensi maka itulah seorang pemimpin sejati. Namun akan lebih ideal jika dua pengaruh tersebut melekat dalam diri seseorang. Sehingga kepemimpinan yang dibangun akan lebih optimal.

Bahasa lainnya adalah apakah seseorang pemimpin adalah seorang leader atau hanya sebagai Bos. Seorang leader lebih mengandalkan pengaruh internalnya dan seorang bos akan lebih mengandalkan pengaruh eksternalnya. Sehingga secara teknis kerja juga sangat kelihatan sekali perbedaanya. Seorang bos akan cenderung suka memerintah dan menyalahkan ketika ada masalah.

Seorang bos sering hanya ingin tahu beresnya saja tapa melihat susahnya pekerjaan anak buahnya. Seseorang bos juga akan lebih sering mengatakan “saya” dari pada “kita”. Biasanya seorang bos juga selalu meminta pujian dari pada memberikan pujian. Kondisi anggota juga seakan berkerja dibawah tekanan dan ketakutan kepada sang bosnya. Mereka berkerja hanya sebatas menjalankan apa yang diperintahkannya saja.

Sedangkan seorang pemimpin yang leader akan cenderung membimbing dan mengarahkan serta membersamai dalam setiap pekerjaan. Ia akan bertanggung jawab terhadap apapun yang terjadi pada anggotanya. Seorang leader juga akan sering mengatakan “kita” dari pada “saya”. Seorang leader akan terbiasa memberikan pujian kepada anak buahnya. Atmosfer kerja yang dibangun oleh seorang leader sangat menyejukan dan penuh dengan kehangatan serta semangat kebersamaan. Sehingga kreatifitas dan produktifitas kerja bisa termaksimalkan.

Membangun Superteam

Seorang leader yang baik pasti akan berpikir untuk membangun sebuah superteam yang solid. Karena sebuah lembaga, organisasi atau apapun namanya, tidak akan berkembang maju dengan cepat kalau masing masing pengurusnya masih jalan sendiri sendiri. Disinilah kemapuan dan seni seorang pemimpin berperan. Bagaimana menyatukan banyak kepentingan, banyak ide dan potensi para anggotanya untuk meraih satu tujuan yang sudah ditetapkan bersama.

Didalam kepemimpinan yang ideal, mental “one man show” atau superman harus diminimalisir sedemikian rupa. Seorang leader hadir bukan untuk menebar ketakutan dan bukan untuk memproduk pengikut yang buta. Tetapi hadirnya leader untuk menciptkan pemimpin pemimpin baru dimasa depan.  Dengan pemahaman seperti itu maka akan tercipta dan tumbuh kebersamaan dan “rasa memiliki” disemua anggota. Semua pencapaian target kerja bisa dirasakan oleh semua lapisan, tidak hanya dikalangan atas atau tertentu saja. Sehingga rasa satu hati, kesamaan frekuensi dan kesolidan team kerja benar benar terbangun.

Untuk memahami seperti apa superteam tersebut, mungkin kita bisa mengurainya menjadi kata “team” dan kita bandingkan dengan kata “kelompok”. Kenapa harus membandingkan antara kata “team” dan kata “kelompok” ? Karena dua kata tersebut kelihatannya sama tapi sebetulnya sangat jauh berbeda.

Sedikit mempermudah pemahaman kita, istilah kelompok dan team kita ibaratkan sebuah dua cabang olah raga.  Kelompok kita ibaratkan seperti cabang olah raga lari estafet sedangkan team kita ibaratkan seperti cabang olah raga sepak bola. Walaupun sama sama melibatkan banyak orang namun pola kerja dari kedua cabang olah raga ini sangat berbeda. Cabang olah raga lari estafet terlihat kerja sendiri sendiri. Ketika pelari pertama berlari, pelari ke dua dan seterusnya hanya menunggu di posisinya masing masing. Begitu pelari pertama sampai di tempat pelari kedua, pelari pertama istirahat dan perlari kedua berlari menuju ke pelari ketiga yang sudah siap menyambutnya.

Olah raga sepak bola ternyata mempunyai cara kerja yang berbeda.  Disaat pemain pertama membawa bola dan mengoper ke pemain yang lain maka seluruh pemain ikut berkerja. Mereka akan berlarian mengawal dan bersiap menerima bola untuk kemudian di masukan ke gawang lawan.

Inilah gambaran cara kerja sebuah team dan kelompok. Kelompok digambarkan seperti olah raga  lari estafet sedangkan team diibaratkan seperti olah raga sepak bola. Pendekatan cara kerja “kelompok” lebih kepada sama sama berkerja, aku berkerja  kamu berkerja, tetapi hakekatnya sendiri sendiri. Sedangkan “team” artinya berkerja sama, aku berkerja kamu berkerja, tapi aku dan kamu juga saling membantu dan saling melengkapi.

Superteam tidak bisa dibangun dengan model kerja layaknya olah raga lari estafet. Superteam hanya bisa dibangun dengan model kerja layaknya permainan sepak bola yang berkerja sama, saling membantu dan melengkapi satu sama lainnya.

*Penulis adalah Komandan Wilayah Pandu Hidayatullah jawa Timur & Dosen STAI Luqman Al Hakim Surabaya

Related Articles

Leave a Comment