Membangun Manusia Seutuhnya 2

by admin

Pandu Hidayatullah

3. Penguatan spiritual

Ketiga  adalah penguatan spiritual. Setelah orang memiliki kecerdasan dan akhlak yang baik maka tahapan berikutnya yaitu dengan mempertajam diasapek spiritualitasnya. Karena seseorang yang memiliki spiritual yang kuat akan memiliki kesadaran penuh terhadap diri, alam, dan juga Tuhannya. Dengan kesadaran spiritual tersebut seseorang akan mampu menempatkan dirinya secara profesional. Seseorang yang telah memiliki spiritualitas yang kuat tentu mereka akan selalu ingat dan dekat kepada Allah SWT. Sehingga amanah pasti akan dikerjakan dan diembannya dengan penuh tanggung jawab. Orientasi kerja dan hidupnya tidak hanya melulu tentang dunia saja namun terbingkai dalam tujuan hidup yang hakiki yaitu akhirat.

Dalam kontek kepemimpinan, jika anggota atau masyarakatnya sudah memiliki spiritual yang kuat maka seorang pemimpin tidak harus terlalu sibuk mengontrol anggotanya. Karena orientasi hidupnya sudah bertumpu pada akhirat maka ia akan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Sehingga ada atau tidaknya pemimpin yang mengawasi kinerjannya, ia akan tetap semangat dan bertanggung jawab terhadap amanahnya.

Secara jelas dalam wahyu yang ke tiga yaitu surat Al Muzammil ayat  2  Allah SWT berfirman

قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ .“Bangunlah diwaktu malam kecuali sedikit”. Penguatan dan penyadaran spiritual itu dimulai dari pembiasaan sholat malam disepertiga malam terakhir. Kita disuruh untuk mempertajam spiritualitas dengan mengerjakan qiyamul lail walau hanya sebentar atau sedikit saja. Apabila penguatan spiritual yang berupa sholat malam tersebut diistiqomahkan maka Allah SWT akan memberikan kekuatan dan karunianya yang berupa bimbingan serta arahan ilahiyah di dalam hidup dan kehidupan ini.

Salah satu makna yang terkandung dalam surat Al Muzammil yaitu  sebelum kita menggerakkan manusia maka aspek spiritualitasnya harus dikuatkan dan dikokohkan terlebih dahulu. Karena jika pondasi spiritual ini lemah maka pergerakan setelahnya juga akan tidak maksimal bahkan bisa jadi tidak sesuai dengan yang dicita citakan.

Baca Part 1 : Membangun Manusia Seutuhnya

4. Fase kebangkitan

Fase empat adalah gebrakan kebangkitan. Nah setelah manusia telah siap – yang ditandai dengan selesai di tiga tahap sebelumnya – maka langkah selanjutnya yaitu mengadakan gebrakan kebangkitan. Di tahap ke empat ini seseorang sudah siap dan mampu untuk bangkit dan maju ke gelanggang. Dalam kontek kepemimpinan maka di tahap ini seseorang atau masyarakat sudah waktunya untuk diajak berjuang bersama sama.

Dalam tataran teknis yang kecil pada tahap ini seseorang bisa diberikan amanah amanah kepemimpinan sebagai latihan awal. Tentunya seorang pemimpin harus benar benar jeli dan teliti dalam melihat potensi dari seluruh anggota dan bawahannya. Jangan sampai malah salah dalam menempatkan orang. Karena the right man in the right place itu sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan ke depannya.

Tahap atau fase ini tergamabar jelas dalam surat ke empat yang Allah SWT turunkan yaitu surat Al Muddassir khususnya ayat ke 2, Allah SWT berfirman قُمْ فَاَنْذِرْۖ  “Bangkitlah lalu berilah peringatan”. Perintah dalam ayat sungguh sangat jelas, bahwa jika sudah waktunya tiba maka tidak ada alasan lain untuk tampil ke gelanggang. Setelah menyelesaikan tahap demi tahap maka sekaranglah waktunya untuk unjuk gigi. Di tahap ini manusia benar benar sudah siap untuk mengagungkan nama Allah SWT tanpa rasa takut dan keraguan sedikitpun.

Baca lainnya : Manajemen dan Kepemimpinan

Membangun sebuah masyarakat memang tidaklah mudah, butuh startegi dan tahapan yang jelas. Alhamdulillah ternyata dibalik sistematika penurunan Al Qur’an tersimpan sebuah strategi tahapan membangun masyarakat. Dimana semuanya berawal dari penguatan ilmu dengan “Iqra bismirabbik”. Kemudian penguatan akhlak dan karakter qurani, dilanjutkan dengan pengokohan aspek spiritualitas. Terakhir, jika semuanya tahapan sudah dilalui baru masyarakat bisa dibangkitkan dengan gebrakan gerakan perjuangan yang terilhami dari sebuah ayat penggugah yaitu  “Qum fa’andzir”. Sungguh ini merupakan petunjuk yang sangat luar biasa. Semoga kita bisa membaca, mengambil pelajaran dan mempraktekaknya dalam kehidupan nyata. By : Sang Pejuang

Related Articles

Leave a Comment