GODAAN  KEPEMIMPINAN

by admin

Pandu Hidayatullah

“Makin tinggi pohon menjulang maka makin kencang pula angin akan menerpanya”. Begitulah kira kira perumpamaan seorang pemimpin dalam mengemban amanah kepemimpinannya. Dengan kewenangan yang ada pada dirinya, seorang pemimpin bisa dengan mudah melakukan sesuatu sesuai kata hatinya. Disitulah godaan demi godaan yang menghampirinya begitu nyata dan sangat berat untuk menghindarinya. Semakin tinggi jabatan atau level kepemimpinan seorang maka semakin besar pula godaan yang akan dihadapinya.

Sering kita baca dan saksikan di media media massa, bagaimana tingkah dan prilaku para pemimpin bangsa ini. Masih banyak para pemimpin dan pejabat bangsa ini yang tergelincir oleh godaan godaan kepemimpinan. Padahal sebagai seorang pemimpin seharusnya mampu menjadi publik figur dan memberikan keteladanan kepada masyarakat. Bukan malah sebaliknya, mereka mencederai amanah dengan mementingkan kepentingan diri, keluarga dan golongannya. Padahal mereka juga tahu bahwa mengkhianati amanah itu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Sebagaiaman firmannya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (QS Al-Anfal 27)

Baca Lainnya : Urgensi Seorang Kader

  1. Nepotisme

Godaan kepemimpinan yang pertama yaitu nepotisme. Nepotisme adalah suatu tindakan seseorang yang memanfaatkan jabatannya untuk mengutamakan kepentingan keluarga atau kerabatnya diatas kepentingan lembaga. Lebih jelasnya nepotisme adalah suatu perbuatan dimana seseorang pemimpin memilih saudara atau kerabat akrabnya untuk menduduki suatu jabatan tertentu. Padahal aturan normalnya, seseorang yang ditempatkan tersebut tidak seharusnya atau belum saatnya menduduki posisi yang dimaksud. Sehingga banyak orang yang akan dirugikan atas “kebijakannya” tersebut.

Biasanya seseorang yang diangkat dari hasil praktik nepotisme tidak atau kurang memiliki kapasitas terkait dengan posisi yang nanti akan didudukinya. Sehingga keberadaanya hanya sebagai pajangan, artinya mereka tidak bisa menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana mestinya. Jika hal itu terjadi maka kehancuran tinggal menunggu waktunya saja. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR. Bukhori Muslim)

Mereka diangkat hanya untuk menduduki jabatan bukan untuk benar benar bekerja. Seandainyapun mereka punya kemampuan tetap saja tindakan tersebut tidak prosedural karena hal itu didapatkan lewat “jalan tol” yang mencederai lembaga. Oleh karena itu, semakin banyak praktik nepotisme yang terjadi di sebuah lembaga maka akan semakin  berat pula lembaga tersebut menjalankan aktifitasnya.

Biasanya praktik nepotisme dilakukan dalam rangka untuk menjaga kerahasiaan lembaga atau perusahaan. Hal ini wajar karena sudah tentu orang yang diangkat akan merasa berhutang budi dan pasti akan menjaga semua rahasia khususnya sisi negatif dari si pemberi jabatan.  Bisa juga nepotisme dimaksudkan sebagai strategi membangun kekuatan untuk melanjutkan kepemimpinan. Hal ini juga wajar karena orang yang diberi jabatan pasti akan loyal dan setia kepada orang yang telah memberinya kedudukan. Sebagai contohnya kita bisa saksikan adanya politik dinasti di beberapa daerah. Dimana kepemimpinan di daerah tersebut hanya didominasi oleh keluarga atau golongan tertentu saja.

Baca Lainnya : Membangun Manusia Seutuhnya 2

  1. Kolusi

Godaan besar ke dua yang kerap menggelincirkan para pemimpin adalah kolusi. Kolusi didefinisikan sebagai suatu bentuk tindakan persekongkolan atau permufakatan  secara rahasia yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dimana tujuannya adalah untuk melakukan perbuatan tidak baik atau penipuan demi mendapatkan keuntungan. Pada umumnya praktek kolusi disertai dengan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat publik  atau pihak terkait yang punya kepentingan.

Adapun modus kolusi biasanya berupa gratifikasi. Gratifikasi merupakan pemberian “hadiah” dari pengusaha kepada oknum pejabat di level tertentu. Adapun tujuan dari pemberian “hadiah” tersebut tidak lain untuk memuluskan kepentingan si pemberinya. Biasanya terkait proyek pembangunan, tender dan semisalnya. Selanjutnya kolusi juga bisa berupa “jasa” perantara atau broker. Kolusi jenis ini biasanya berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa, dimana prosesnya harus terlebih dahulu “melewati” seorang perantara yang bertindak sebagai “broker”. Perantara tersebut merupakan oknum yang memiliki jabatan dan wewenang tertentu di lembaga atau perusahaan yang terlibat.

Pandu Hidayatullah

  1. Korupsi

Pada dasarnya memang semua manusia akan diuji dengan yang namanya korupsi. Baik itu korupsi dalam skala kecil maupun korupsi dalam skala besar. Karena godaan harta ini merupakan salah satu godaan besar penghancur anak manusia. Banyak orang yang sudah tergelincir karenanya bahkan tidak sedikit para pemimpin kita yang gelap mata dibuatnya.

Godaan korupsi ini sungguh sangat berbahaya. Seseorang yang sudah terjangkit virus korupsi, dia tidak akan lagi memperdulikan dampaknya. Baru baru ini juga kita saksikan ada pejabat di negara ini yang tersandung kasus korupsi. Ironisnya korupsi tersebut dilakukannya saat rakyat masih dilanda pandemi. Lebih parahnya yang diambil adalah dana bantuan sosial untuk rakyat yang sedang kesusahan.

Godaan korupsi tersebut benar benar mampu menjebol pertahanan prinsip seorang pemimpin. Karena sebagai pemimpin, ia punya kuasa untuk mengatur segalanya. Sehingga segala sesuatu yang berada dibawah kebijakannya dengan mudah bisa ia kendalikan. Tinggal diinstruksikan, semua akan diatur dan ia akan mendapatkan apa yang dikehendaki. Tapi ingatlah bahwa sepandai pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga dan sepandai pandai menyimpan bangkai pasti akan tercium baunya.

Bagi para pemimpin berhati hatilah di dalam mengemban amanah kepemimpinan. Jangan biarkan noda kepemimpinan mengotori kesucian amanah yang kita emban. Jangan terbuai dan jangan ”Aji mumpung”, ingat setiap yang kita lakukan kelak akan dimintai pertanggung jawaban. (Sang Pejuang)

Related Articles

Leave a Comment