Antara Pemimpin dan Karyawan

by admin

Mendengar kata pemimpin dan karyawan pasti dibenak kita langsung tergambar sebuah perbandingan yang bertolak belakang yaitu antara atasan dan bawahan. Disatu sisi punya wewenang dan power sedangkan di sisi lain cuma bisa tunduk dan mengikuti instruksi saja. Namun kadang dalam sebuah organisasi atau perusahaan realitanya tidak demikian adanya. Kenapa bisa begitu, tentu banyak faktor yang menjadi penyebabnya.

Antara Pemimpin dan Karyawan

Antara Pemimpin dan Karyawan

 

Sebelum kita membahas lebih jauh, perlu kiranya kita pahami dulu siapa sebenarnya pemimpin itu. Seorang pemimpin atau leader adalah orang yang punya tanggung jawab penuh atas apa yang terjadi di organisasinya. Sukses dan tidaknya sebuah organisasi lebih kurangnya tergantung pada sosok pemimpinnya. Ia merupakan penggerak dan navigator yang akan mengarahkan organisasi menuju tujuan yang telah ditargetkannya.  Ia mampu mempengaruhi dan mengajak semua anggota organisasi untuk bersatu padu memaksimalkan seluruh potensi untuk menyongsong masa depan yang gemilang.

Seorang pemimpin memiliki pandangan yang tajam dan mampu membaca tanda-tanda kemajuan zaman. Ia mampu menangkap peluang-peluang yang ada di masa depan. Ia juga mampu menggambarkan tantangan-tantangan yang akan dihadapi kelak. Kemudian hasil pandagannya tersebut diterjemahkan secara gamblang, sehingga seluruh anggotanya mampu memahami dan kemudian meyakini bahwa mereka bisa meraihnya. Kita bisa mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang mampu menerjemahkan visi menjadi kenyataan.

Seorang pimpinan lembaga pendidikan misalnya, ia harus mengerti apa tantangan dan peluang dunia pendidikan dimasa depan. Sehingga dengan pengetahuannya tersebut ia bisa mempersiapkan langkah langkah strategis agar lembaganya tetap survive dan unggul. Karena jika ia tidak mampu melihat peluang-peluang masa depan, maka lembaga pendidikan yang dipimpinnya akan stagnan bahkan mengalami kemunduran. Ia juga mampu membangun semangat seluruh guru dan staff-nya untuk optimis dan yakin dengan apa yang mereka perjuangkan bersama.

Baca juga: Antara Perintis dan Penerus

Lebih dari itu seorang leader idealnya adalah orang yang mandiri dan bisa mengatur gerakannya sendiri. Maksudnya adalah sebagai seorang pemimpin ia harusnya tidak terlalu disibukan dengan aturan yang mengikatnya. Kalaupun ada aturan yang mengikatnya itu sebatas kewajaran saja.  Karena memang seorang pemimpin juga sebagai “pengatur” dan pemberi instruksi. Sehingga ia lebih bisa fleksibel dan lincah dalam menggerakkan organisasinya.

Jangan sampai pemimpin malah terbelenggu dengan sistem yang ada. Karena itu bisa mematikan daya kreatifitas dan inovasinya. Jika ada seorang pemimpin tapi malah sibuk dengan rutinitas dan masih terpenjara oleh aturan dan sistem perusahaan maka sejatinya ia bukanlah pemimpin.

Biasanya jika ada pemimpin yang demikian maka mereka akan bingung dan malah terjebak dalam rutinitas hariannya saja. Mereka akan takut bergerak karena khawatir melanggar ketentuan dan aturan yang ada. Keberadaannya pasti tidak mampu memberikan pengaruh yang kuat dan kedudukannya tidak jauh berbeda dengan karyawan atau anak buahnya.

Antara Pimpinan dan Bawahan

Antara Pimpinan dan Bawahan

Lain pemimpin lain pula karyawan. Pemimpin adalah pemberi arahan dan instruksi maka karyawan atau bawahan bertindak sebagai pelaksananya. Karena sifatnya pelaksana biasanya karyawan sangat ahli dalam satu bidang tertentu. Dengan keahliannya tersebut ia akan bekerja secara maksimal dan profesional. Ia juga merupakan orang yang masuk dalam rencana besar pemimpinnya. Keberadaanya menjadi pendukung guna mensuksesakan apa yang menjadi visi besar organisasi atau perusahaannya.

Dari sini kita bisa melihat bahwa seorang karyawan bekerja pada tataran teknis. Sehingga wajar jika yang dibutuhkan oleh pegawai biasanya adalah peraturan, pedoman dan  arahan. Atau secara umum seorang pegawai pasti membutuhkan sistem dan petunjuk teknis yang jelas agar ia bisa bekerja secara profesional.

Seorang karyawan akan fokus dan komitmen terhadap tugas dan pekerjaaanya. Ia akan berorientasi kepada ketuntasan apa yang menjadi tanggung jawabnya saja. Jika pekerjaan yang diberikan oleh pemimpinnya telah selesai maka itulah kesuksesannya. Pola kerjanya cenderung teratur, terarah dan tetap. Tak heran jika kebanyakan karyawan akan merasa jenuh dan bosan terhadap pekerjaannya. Ia juga tidak akan terlalu banyak ikut campur tentang nasib organisasi ke depannya. Karena memang tugas pokok, fungsi dan keberadaanya disetting untuk demikian.

Baca juga: Citra Diri Seorang Pemimpin

Kalau kita melihat realita dilapangan tidak sedikit organisasi atau perusahaan yang masih membelunggu “pemimpinnya” dengan ikatan sistem yang kuat. Mereka tidak sadar bahwa semakin banyak peraturan yang harus diikuti oleh pemimpin, maka organisasinya tidak akan maju. Adapun jika diperlukan peraturan seharusnya hanya bersifat garis besar. Karena peraturan bagi pemimpin akan dirasakan sebagai penghalang ruang gerak. Apalah bedanya seorang pemimpin dan karyawannya jika sama-sama digerakkan oleh sistem dan peraturan.

Organisasi atau perusahaan yang masih mengikat pemimpinnya dengan sistem yang kaku atau membelunggunya dengan seabrek aturan. Organisasi yang masih memperlakukan pemimpinnya demikian sejatinya organisasi tersebut sama halnya tidak punya pemimpin. Karena semuanya hanya bergerak atau digerakkan oleh aturan dan sistem saja. Sudah bisa dipastikan bahwa organisasi tersebut bekerja dalam kebisuan dan kekakuan. Karena semua orang yang ada didalamnya bekerja layaknya robot yang sudah disetting sedemikian rupa.

Tapi ada juga perusahaan atau organisasi yang sebetulnya sudah menempatkan pemimpin dan karyawannya secara proporsional. Namun karena pemimpinnya masih berjiwa dan bermental karyawan maka kondisi organisasinyapun tidak jauh beda dengan kasus yang pertama diatas. Hal itu dikarenakan pemimpinnya tidak mampu memainkan peran dan fungsi kepemimpinan secara maksimal. Ia cenderung menunggu dan takut melangkah. Keberadaanya diperusahaan atau oragnisasi sama dengan ketiadaannya.

Terakhir, bagi pemegang kebijakan di perusahaan atau organisasi mari posisikan pemimpin dan karyawan sesuai dengan tupoksinya. Begitu juga bagi para pemimpin, jangan sampai mencederai amanah dengan mental dan jiwa karyawan. www.panduhidayatullah.com

Oleh: Alim Puspianto, M.Kom – Master Trainer Leadership & Ketua Sakoda Hidayatullah Jawa Timur Sekaligus Dosen Dakwah di STAI Luqman Al Hakim Surabaya

Related Articles

Leave a Comment