“Leadership is an action not position” memang benar adanya bahwa memimpin tidak hanya sekedar tentang posisi tapi lebih kepada aksi. Pemimpin yang hanya memanfaatkan posisinya pasti lambat laun akan ditinggalkan anak buahnya. Tapi seorang pemimpin yang senantiasa memberikan karya nyata pasti akan semakin banyak pengikutnya. Itulah sebabnya seorang pemimpin idealnya adalah orang yang benar benar mampu untuk memimpin tidak hanya sekedar menempati posisi pemimpin saja.
Tahapan dalam memimpin
Sebagai salah satu contoh bagaimana seorang pemimpin memainkan perannya yaitu ketika ia harus menggerakkan atau menyuruh anak buahnya tanpa menimbulkan rasa keterpaksaan. Sementara itu dari sudut pandang anak buah, kita melihat bahwa mereka menginginkan seorang pemimpin yang mampu membuat mereka senang dan nyaman dalam melaksanakan tugas tugasnya. Tentu kemampuan seperti itu tidak dimiliki oleh semua orang bukan ?
Realitanya masih banyak orang yang belum paham tentang kriteria dan kapastias untuk menjadi seorang pemimpin. Sebagai contohnya misalnya ada seseorang guru yang berprestasi tak lama kemudian ia diangkat menjadi kepala sekolah tanpa mempertimbangkan aspek penting lainnya. Padahal menjadi guru dan menjadi kepala sekolah adalah 2 hal yang berbeda. Seorang kepala sekolah tidak hanya berpikir tentang bagaimana mengajar dengan baik. Lebih dari itu kepala sekolah dituntut untuk bisa mengelola dan memastikan seluruh proses di sekolah bisa berjalan dengan baik. Kepala sekolah juga diharuskan untuk memikirkan strategi sukses sekolah kedepannya.
Sebagai seorang pemimpin seharusnya kita paham tentang kapasitas kemampuan diri dan team kita. Apakah seseorang sudah layak menjadi pemimpin dalam kapastias besar atau cukup menjadi pemimpin dalam skup yang kecil. Nah agar kita bisa mengetahui tentang level kepemimpinan. Mari kita simak penjelasan 4 tahap kepemimpinan dibawah ini.
Memimpin diri sendiri
Pada tahap pertama ini sekilas memang tampaknya mudah karena hanya mengatur diri sendiri. Tetapi ternyata tidak semua orang memiliki self leadership yang baik. Banyak pakar yang menyatakan bahwa Self leadership merupakan pondasi seni kepemimpinan paling dasar yang harus dikuasai seseorang. Karena logikanya, bagaimana mungkin seseorang bisa menjalankan kepemimpinan secara maksimal jika urusan dirinya sendiri belum terselesaikan. Bahasa lainya adalah jangan bermimpi untuk menjadi pemimpin yang hebat jika kita belum memiliki self leadership yang kuat.
Masyarakatpun pasti tidak mau dipimpin oleh orang yang belum bisa mengatur dirinya sendiri. Kalaupun ada seseorang yang belum mampu memimpin dirinya tapi sudah diamanahi menjadi pemimpin suatu lembaga atau organisasi maka pasti ada cacat dalam kepemimpinannya.
Ada yang mengatakan bahwa memimpin diri sendiri itu mudah. Tapi faktanya tidak sedikit pemimpin kita yang sangat kesulitan ketika harus memimpin dirinya sendiri. Hal itu terbukti dengan sering kali kita terjebak dalam kemalasan dan kesemprawutan menejemen diri. Banyak komitmen yang sudah kita tancapkan dengan kuat tetapi kemudian kita langgar sendiri.
Sebagai contohnya ketika kita sudah berkomitmen untuk selalu sholat berjama’ah di masjid, hari pertama, kedua mungkin tidak masalah. Namun memasuki hari ke tiga dan seterusnya kadang rasa malas menyelimuti diri kita. Hal itu diperkuat dengan berbagai alasan yang seakan logois. Sehingga kita melanggar komitmen yang sudah kita buat sendiri. Nah disinilah kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya kita belum benar benar mampu memimpin diri kita sendiri.
Baca Juga : 7 Karakteristik Pemimpin Ideal
Contoh lainnya yaitu kadang kita bisa dengan mudah menyuruh orang lain untuk taat, sabar, bijak, dermawan dan lain sebagainya. Namun kita sendiri belum begitu kuat menanamkan secara sempurna nilai nilai luhur tersebut dalam kehidupan.
Gagal dalam memimpin diri sendiri adalah awal dari kegagalan besar dalam kehidupan kita, Khususnya dalam aspek leadership.
Memimpin orang lain
Tahap yang kedua setelah kita mampu memimpin diri sendiri adalah bagaimana caranya kita memimpin orang lain. Adapun yang di maksud memimpin orang lain disini lebih kepada kemampuan kita dalam memberikan pengaruh kepada orang lain untuk melakukan apa yang kita perintahkan atau menyetujui apa yang kita usulkan.
Dalam kontek yang kecil kita bisa menguji coba kemampuan leadership kita kepada pasangan kita. Apakah kita sudah mampu memimpin pasangan kita atau malah sebaliknya. Contoh lain yaitu ketika kita bisa meyakinkan orang lain baik itu teman sejawat, pelanggan atau bahkan atasan kita maka sejatinya kita sedang berada di tahap ke dua ini yaitu melatih memimpin orang lain.
Memimpin Team
Setelah kita selesai di tahap ke dua, kini saatnya kita masuk di tahap selanjutnya yaitu memimpin team. Adapun yang dimaksud dengan team adalah sekelompok orang yang terbagung dalam satu ikatan tertentu. Di level tiga ini kita akan dihadapkan dengan lebih dari satu orang. Dimana setiap orang punya latar belakang dan pemikiran yang berbeda-beda. Kondisi ini tentunya akan sangat membutuhkan tenaga, pikiran dan perhatian yang ekstra.
Kemampuan kita dalam membangun komunikasi, menyelami, dan kemudian menilai tiap-tiap anggota team menjadi sangat penting. Karena hal ini akan menentukan cara kita dalam berhubungan dan mengkondisikan mereka kedepannya. Di level inilah faktor kepemimpinan seungguhnya mulai di uji. Kepiawaian kita dalam memainkan seni leadership akan terlihat jelas. Mulai dari cara kita bersikap, bagaimana kita berkomunikasi dan memberikan intruksi, mengarahkan, sampai pada meyakinkan seluruh anggota team kita. Semua faktor-faktor tersebut akan sangat menentukan kualitas kepemimpinan kita.
Memimpin Organisasi
Tahapan keempat ini merupakan tahapan yang tertinggi dalam kepemimpinan. Sebetulnya ketika kita sudah suskes melewati tahapan ke tiga yaitu memimpin team, sejatinya kita sudah punya cukup bekal untuk bisa memimpin sebuah oragnisasi. Namun demikian tentunya perlu penguatan penguatan soft skill lainnya. Karena ia dituntut untuk lebih berpikir di aspek strategis tidak malah terjebak dalam tataran teknis.
Kemampuan dalam beretorika, negosiasi, lobi, harus sudah dikuasai dengan baik. Tidak lupa pemimpin di level ini juga idealnya harus visioner yaitu mampu membaca tanda tanda kemajuan zaman serta mampu memetakan jalan sukses lembaga kedepannya.
Satu tantangan yang pasti akan dihadapi di tahap terakhir ini adalah terkait jumlah anggota yang semakin banyak. Dimana didalamnya juga banyak team atau divisi divisi yang menjadi tanggung jawab kita. Menjadi seorang pemimpin di level ini dituntut untuk bisa memainkan seni leadership tingkat tinggi. Pemimpin di level ini harus lebih cermat dan bijak dalam mengambil keputusan. Karena yang ia putuskan akan berdampak pada “nasib” orang banyak.
Itulah 4 tahapan kepemimpinan yang akan dilalui oleh seorang pemimpin. Walaupun realitanya tidak mesti tahapan tersebut terlihat secara formal dan berjalan berurutan mulai tahap 1 sampai 4. Namun setiap pemimpin yang sudah berada di tahapan akhir pasti punya pengalaman tersendiri terkait proses tahapan kepemimpinan tersebut.
Oleh : Alim Puspianto, M.Kom – Dosen Dakwah STAI Luqman Al Hakim Surabaya & Komandan Sakoda Pandu Hidayatullah Jawa Timur