Urgensi Seorang Kader

by admin

Pandu Hidayatullah

Berbicara tentang regenerasi kepemimpinan pasti akan terpaut kuat dengan kaderisasi. Karena estafeta kepemimpinan tidak mungkin bisa berjalan dengan baik tanpa adanya proses kaderisasi. Seorang kader adalah harapan baru dan merupakan embrio pemimpin dimasa depan. Keberadaannya sangat menentukan eksistensi, maju dan tidaknya sebuah lembaga atau  organisasi.

Bahkan seorang pemimpin dikatakan berhasil tidak hanya sekedar mampu mengantarkan organisasi atau lembaganya menjadi berkembang dan maju saja. Akan tetapi lebih dari itu adalah ia mampu melahirkan pemimpin pemimpin baru yang lebih baik dari dirinya. Kesadaran ini menjadi penting karena jangan sampai orientasi kepemimpinan hanya berfokus kepada kemajuan organisasi semata. Akan tetapi regenerasi kepemimpinnan menjadi sebuah keniscayaan untuk kelangsungan hidup organisasi di masa depan.

Tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa kader merupakan aset termahal yang dimiliki oleh sebuah lembaga. Tanpa adanya kader maka sebuah lembaga atau organisasi tinggal menunggu waktu keruntuhannya. Begitu urgennya seorang kader sampai sampai Bung Karno pernah berkata “Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia

Kata kata yang keluar dari presiden pertama RI tersebut memang tidak main main dan tidak berlebihan. Mengingat generasi muda punya potensi yang sangat luar biasa kalau kita bisa mengarahkannya. Mereka adalah “agent of change” sebuah harapan perubahan dimasa depan. Tentunya yang dimaksud anak muda disini adalah para kader yang sudah menempa diri, diproses dan dipersipakan untuk melanjutkan estafeta kepemimpinan.

Pandu Hidayatullah

Baca lainnya : Belajar Kepemimpinan Dari Seorang Penggembala

Proses perkaderan

Istilah “kader” dalam sebuah organisasi memiliki aura yang sangat tinggi. Jika seseorang sudah menyandang gelar kader maka tanggung jawab dan beban lembaga secara otomatis akan bertumpu dipundaknya. Mereka adalah orang  orang yang sengaja dipersiapkan untuk melanjutkan kepemimpinan lembaga dimasa depan. Para kader akan dilatih dan dibekali dengan berbagai disiplin keilmuan. Baik itu ilmu ilmu umum, agama, maupun skill kepemimpinan. Lebih lebih adalah tentang pengetahuan keorganisasian dimana ia berada. Dengan proses perkaderan yang telah diikutinya maka tentunya para tunas muda tersebut akan memiliki kemampuan diatas rata rata orang pada umumnya. Sehingga jika sudah tiba masanya, mereka siap untuk melanjutkan tongkat estafeta kepemimpinan organisasi.

Semua lembaga atau oragnisasi sudah paham dan menyadari akan arti penting sebuah kaderisasi. Sehingga semuanya berpacu dan bahu membahu mengkonsep sistem dan kurikulum kaderisasi terbaik bagi organisasinya. Berbagai strategi dan cara dipakai dalam rangka melahirkan kader kader muda yang kuat dan militan. Mulai dari memaksimalkan potensi kader biologis dari anak para senior lembaga sampai pada penjaringaan di eksternal lembaga pasti akan dilakukannya. Penamaan dan kemasan program kaderisasi juga dibuat sangat kreatif agar mampu menarik calon kader yang menjadi targetnya.

Baca lainnya : Manajemen dan Kepemimpinan

Pandu Hidayatullah

Strategi penjaringan kader

Bahkan saat ini tidak sedikit organisasi yang menjalankan program kaderisasinya dengan memberikan penawaran beasiswa full. Baik itu dikampus milik lembaga yang bersangkutan maupun di kampus favorit lainnya. Tentunya pemberian beasiswa tersebut dilakukan setelah ada kontrak kesepakatan diantara kedua belah pihak. Fenomena tersebut menjadi hal yang wajar karena memang sulit untuk menemukan calon kader yang cerdas dan berkualitas. Sehingga walaupun program perkaderan tersebut memerlukan pengorbanan pikiran, waktu dan menghabiskan banyak dana, semuanya akan dipersiapkan sedemikian rupa demi lahirnya kader kader muda calon penerus kepemimpinan lembaga.

Memang tidak ada jaminan, kalau semua yang ikut program perkaderan tersebut nantinya bisa berhasil dan mampu melanjutkan estafeta kepemimpinan. Tetapi setidaknya dengan program pembekalan dan kaderisasi, ada secercah sinar harapan bagi lembaga di masa depan. Karena hanya dengan kaderisasilah sebuah lembaga dapat menemukan dan menyemai embrio kepemimpinannya.

Kalau kita perhatikan tidak semua pemimpin memiliki riwayat perkaderan sebelumnya. Karena tidak semua pemimpin harus mengikuti proses perkaderan yang di programkan oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan. Adakalanya seseorang langsung direkrut menjadi jajaran pengurus inti sebuah organisasi dikarenakan kemampuan, keahlian dan keilmuannya. Tapi walaupun demikian  baik disadari ataupun tidak sesungguhnya proses perkaderan tersebut tetap dijalankan baik secara langsung maupun tidak.

Kesadaran seorang kader

Teruntuk kader muda  yang sedang menjalani program perkaderan, kita harus sadar dengan sesadar sadarnya bahwa kita adalah para generasi muda yang dipersiapkan untuk melanjutan estafeta kepemimpinan lembaga. Jangan sampai kita menyiayiakan peluang ini dan jangan sampai kita mencederai kepercayaan yang telah diberikan oleh para senior lembaga. Mereka sudah berjuang merintis dan mengembangkan lembaga dengan mencurahkan tenaga, pikiran bahkan hartanya. Sekarang harapan mereka hanya satu yaitu kita sebagai kader muda yang telah dipilihnya.

Maka sebagai kader muda berproseslah secara maksimal, bekali diri dengan berbagai ilmu dan keahlian. Ingat mutiara itu tidak muncul dan terbentuk secara tiba tiba, akan tetapi ada proses panjang penuh perjuangan yang harus dilewatinya. Begitu juga kita sebagai kader tidak mungkin bisa berubah begitu saja. Ada jalan panjang penuh rintangan yang terbentang sepanjang masa perkaderan. Sabar dan kuatkanlah, insyaAllah kita akan mendapati diri kita menjadi bentuk lain yang luar biasa. Sebagaimana kepompong yang bermetamorfosis menjadi kupu kupu yang indah dan menawan.

Berproseslah dan bekali diri semaksimal mungkin, khususnya terkait dengan kemampuan leadership yang pasti nanti akan kita butuhkan. Mari kita asah dan poles diri kita menjadi pribadi pribadi unggul yang siap memegang tongkat kepemimpinan. Jangan sampai ketika waktunya tiba, kita hanya menjadi pemimpin pemimpin yang prematur. Yaitu seorang pemimpin yang kemunculannya belum dikehendaki karena minimnya kemampuan dan skill yang dimiliki. Kita harus menjadi pemimpin pemimpin yang multitalenta. Sehingga keberadaannya tidak hanya dihitung, tapi benar benar diperhitungkan. Hadirnya mampu memberikan solusi nyata tidak hanya menebar sensasi dan pencitraan saja. (Sang Pejuang)

Related Articles

Leave a Comment