Setiap pemimpin pasti dituntut untuk mampu mengantarkan lembaga atau organisasinya menjadi organisasi yang kuat dan maju. Karena itu merupakan tugas wajib yang diemban oleh setiap pemimpin. Apa gunanya ada pemimpin jika tidak mampu mengadakan perubahan dan membangun organisasinya. Oleh sebab itu seorang pemimpin harus berpikir lebih kreatif, inovatif dalam menggerakkan roda organisasi menuju kesuksesan.
Terkhusus dalam kontek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang pemimpin harus mempunyai perencanaan langkah dan tahapan serta menyusun strategi jitu untuk mengantarkan sebuah negara menjadi kuat dan maju. Tentu ini bukan perkara yang mudah, butuh pemikiran, kerja keras penuh perjuangan dan pengorbanan untuk mewujudkannya. Bangsa Indonesia saja yang sudah beberapa kali mengalami pergantian kemepimpinan masih jauh api dari panggang. Kondisinya masih begini gini saja, jauh dari kata negara maju. Perubahan itu mungkin ada tapi seakan tidak mempunyai dampak dan tidak terasa. Artinya Perubahan itu memang telah terjadi, tetapi tidak merata secara keseluruhan dan perubahan tersebut berjalan begitu pelan bahkan cenderung lambat.
Pertanyaaanya adalah langkah awal apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin untuk membangun dan mengantarkan organisasi atau negaranya menjadi maju dan kuat ?
Jawaban yang sangat logis dan tepat yaitu dengan membangun manusia atau masyarakatnya terlebih dahulu. Kenapa harus manusianya dulu dibangun, bukan aspek lainnya. Hal ini tidak lain karena membangun manusia atau masyarakat merupakan pondasi dasar dalam membangun sebuah lembaga atau negara. Bagaimana mungkin kita bisa membangun negara atau lembaga tanpa didahului dengan membangun manusianya. Kalaupun kita bisa membangunnya, pasti bangunan tersebut akan rapuh. Apa yang telah dibangun pasti akan hancur dikarenakan mental, karakter dan maindset manusianya belum siap untuk memilikinya.
Terkait dengan masalah ini, secara jelas Al Qur’an telah memberikan arahan kepada kita semua. Bagaimana langkah dan startegi yang harus dilakukan seorang pemimpin dalam membangun masyarakat. Petunjuk dan strategi tersebut sedemikian komprehensif dan mendalam bahkan sudah dibuktikan langsung oleh baginda Nabi Agung Muhammad SAW. Begitu tangguh konsep perubahan itu, hingga api semangat yang dihasilkan tidak pernah padam bahkan selalu menyala dan membakar jiwa dan menerangi hati ummat hingga saat ini.
Baca lainnya : Urgensi Seorang Kader
- Pondasi ilmu
Adapun tahapan perubahan membangun manusia yang pertama yaitu diawali dengan pondasi ilmu. Maksudnya yaitu dengan mencerdaskan manusianya terlebih dulu. Kita masih ingat setelah kota Hirosima dan Nagasaki di diluluh lantakan oleh bom nuklir. Hal pertama yang dilakukan Kaisar Hirohito selaku pemimpin Jepang pada saat itu adalah mengumpulkan para jendralnya untuk mendata jumlah guru yang masih hidup. Tentu itu bukan tanpa pertimbangan, karena dari kegigihan seorang gurulah masyarakat akan cerdas dan bangkit. Terbukti Jepang mampu bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara maju bahkan saat ini Jepang menjadi salah satu negara yang kuat dan diperhitungkan dunia.
Hal ini dikuatkan dengan ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT. Ayat tersebut memerintahkan untuk membaca. Sebagiamana firmanNya dalm surat Al Alaq ayat 1:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
“Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu”
Membaca dalam kontek ini tidak hanya dimaknai dengan sekedar membaca layaknya kita membaca sebuah tulisan. Namun beriqra’ yang dimaksud adalah membaca dalam kontek yang lebih luas. Yaitu membaca segala hal secara mendalam baik lahiriyah maupun makna yang terkandung didalamnya. Sebuah perintah yang menyuruh kita untuk senantiasa mengeksplorasi, menyelidiki, menganalisa dan meneliti serta menguji. Perintah ini merupakan dasar ilmu pengetahuan yang kemudian diberi “pagar pengaman” berupa bismirabbika (dengan menyebut nama tuhanmu) agar segenap usaha yang kita lakukan tersebut tidak melenceng dan tersesat. Bila aktivitas mencari ilmu dilepas dari makna ruhiyah dan tanpa niat mengabdi kepada Allah SWT maka akan rawan terjadi penyimpangan dan pasti akan sia sia belaka.
- Pembentukan akhlak dan karakter
Kedua adalah pembentukan akhlak dan karakter. Setelah masyarakat mampu “membaca” – memiliki ilmu- dengan benar maka langkah atau tahapan selanjutnya yaitu pembentukan akhlak dan karakter. Penguatan diaspek ini menjadi penting karena terlalu banyak orang yang cerdas dan mempunyai pandangan yang visioner namun akhlak dan karakternya buruk.
Kecerdasan hanya dijadikan untuk memuaskan ego dirinya semata. Kepandaiannya hanya dipakai untuk memuluskan kepentingannya saja. kelebihan ilmu yang Allah SWT titipkan hanya dipakai untuk membodohi masyarakat dan anggotanya. Keahlian dan cerdikan mereka hanya dijadikan untuk merusak tatanan masyarakat dan alam demi kepuasan nafsunya. Mereka cerdas tapi tidak sedikit dari mereka yang keblinger. Mereka pintar tapi miskin akan moral, mereka ahli tapi akhlaknya tidak terpuji, mereka pandai tapi banyak yang tidak bertanggung jawab dan lalai dengan amanahnya.
Terkait dengan pengautan karakter dan akhlak ini Allah SWT telah menjelaskannya di dalam surat Al Qolam. Dimana surat tersebut merupakan surat ke dua yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Disitu dijelaskan bahwa penguatan karakter dan akhlak itu ada pada Al Qur’an. Maksudnya adalah semua ilmu yang telah dipelajari harus dibingkai dengan Al Qur’an. Sehingga manifestasi ilmu tersebut akan melahirkan sebuah akhlak dan karakter sebagaimana yang diajarkan dalam Al Quran.
Secara jelas Allah SWT berfirman di ayat ke 4 surat Al Qolam. وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ “Sesungguhnya engkau benar benar berada diatas akhlak yang agung”. Engkau yang dimaksud dalam ayat tersebut tidak lain adalah Rasulullah Muhammad SAW dengan kesempurnaan akhlak yang bersumber dari Al Qur’an. (Sang Pejuang)
Baca Lengkapnya : Membangun Manusia Seutuhnya 2