Pemimpin Bersahaja

by admin
Pemimpin Bersahaja

Pemimpin Bersahaja

Seorang pemimpin sudah seharusnya mempunyai kepedulian lebih kepada anggota atau rakyatnya. Ia senantiasa mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan dirinya. Ia juga orang yang terakhir merasakan bahagia setelah semua anggota atau rakyatnya bahagia. Begitu juga sebaliknya Ia adalah seseorang yang pertama kali akan merasakan susah sebelum rakyatnya merasakannya. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Khalifah Umar bin Khattab, beliau berkata “Kalau negara makmur, biar saya yang terakhir menikmatinya, tapi kalau negara dalam kesulitan biar saya yang pertama kali merasakannya”.

Sungguh itu merupakan salah satu bentuk nyata dari sikap seorang pemimpin yang sangat  mulia dan bersahaja. Ia tidak akan hidup tenang diatas penderitaan rakyatnya. Karena ia sadar bahwa hakekat memimpin adalah tanggung jawab dan melayani dengan sepenuh hati. Ia akan senantiasa berjuang dan berkorban demi kepentingan bersama. Ia akan selalu ada disaat rakyatnya membutuhkannya, kapanpun dan dimanapun. Ia tidak haus akan pujian dan penghormatan, namun kerja keras penuh tanggung jawablah yang senantiasa dikedepankan.

Sebuah Kisah Inspiratif

Ada sebuah kisah penggugah jiwa yang patut dijadikan pembelajaran untuk kita semua. Sebuah kisah tentang salah satu figur pemimpin terbaik. Kisah ini datang dari salah seorang gubernur di zaman kepemimpinan Khalifah Umar ra yang bernama Said bin Amir. Dikisahkan suatu ketika delegasi pemerintah dari daerah Himsh datang menghadap Khalifah Umar. Himsh adalah sebuah wilayah di Syam yang masuk dalam pengawasan kekhalifahan (pemerintahan) Umar bin Khattab.

Khalifah Umar yang terkenal karena kepeduliannya kepada fakir-miskin meminta delegasi untuk menyerahkan daftar fakir-miskin di kawasan Himsh. “Berikan daftarnya agar aku bisa memenuhi kebutuhan mereka,” pinta Umar. Mereka kemudian menyerahkan satu buah buku yang berisi nama-nama penduduk Himsh yang tergolong fakir-miskin. Menariknya, diantara daftar itu terselip nama gubenur mereka sendiri, Said bin Amir. Setelah melihat nama Said, beliau seakan tidak yakin seraya bertanya “Ini Said bin Amir siapa?” Mereka menjawab “Gubernur kami”.

Umar bertanya heran, “Gubernur kalian miskin?!” Mereka menjawab. “Ya, Demi Allah, dapurnya sering tidak berasap dalam waktu yang lama.” Mendengar itu Umar menangis tersedu sedu sampai air matanya membasahi janggutnya. Sambil terisak Umar mengambil seribu dinar (bila dikonversikan dengan rupiah, kira-kira saat ini senilai Rp 600 juta), lalu dimasukkannya ke dalam satu kantong. Umar berkata “Berikan salamku kepada pemimpin kalian dan katakan, ‘Khalifah Umar mengirimkan uang ini kepadamu agar kau bisa mempergunakannya untuk memenuhi kebutuhanmu’ ”. Air mata Umar masih saja mengalir.

Delegasi pun kembali ke Himsh. Mereka lalu menghadap kepada Gubernur Said bin Amir dan memberikan titipan dari Khalifah Umar lengkap dengan pesannya. Said melihat isinya, seketika itu ia tersentak. Dijauhkannya kantong itu dari hadapannya, seraya berkata “Innalillah wa inna ilaihi rajiun!”. Seolah olah ia tertimpa musibah yang sangat besar. Hingga keluarlah istrinya dengan wajah kebingungan dan berkata, “Ada apa wahai Said? Apakah Amiril Mukminin meninggal dunia?”. “Bahkan lebih besar dari itu” jawab Sa’id. Lalu Said bertanya pada istrinya, “Wahai istriku apakah engkau mau membantuku?” Istrinya menjawab, “Tentu wahai suamiku”. Kemudian mereka berdua membagikan dinar pemberian Khalifah Umar itu kepada rakyatnya sendiri.

Pemimpin yang Bersahaja

Tak lama kemudian Khalifah Umar datang berkunjung untuk melihat kondisi masyarakat di daerah Syam. Ketika sampai di Himsh, Umar pun mengajukan pertanyaan kepada penduduknya sebagai bentuk pengadilan untuk Gubernur Sa’id. Beliau berkata “Bagaimana pendapat kalian tentang gubernur kalian?, apa yang kalian keluhkan dari gubernur kalian?”. Mereka menjawab “Ia tidak keluar kepada kami kecuali hari sudah siang”. Kemudian Umar berkata “Apa jawabanmu wahai Sa’id”. Sa’id terdiam sebentar kemudian menjawab “Demi Allah sesungguhnya aku tidak ingin mengucapkan hal itu, namun kalau memang harus dijawab, sesungguhnya keluargaku tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi aku membuat adonan, kemudian menunggu sebentar hingga adonan itu mengembang. Kemudian aku baut adonan itu menjadi roti untuk mereka. Kemudian aku wudhu dan keluar menemui orang orang”.

Apalagi yang kalian keluhkan?” Tanya Umar. Mereka menjawab ”Sesungguhnya ia tidak menerima tamu pada malam hari”. “Apa jawabanmu tentang hal itu wahai Sa’id”. Tegas Umar. “Sesungguhnya demi Allah SWT aku tidak suka mengumumkan hal ini juga Aku telah menjadikan siang hari untuk mereka dan malam hari untuk Allah Azza wa jalla”. Jawab Sa’id. “Apa lagi yang kalian keluhkan darinya”. Tanya Umar. Mereka menjawab “Sesungguhnya ia tidak menemui kami satu hari dalam sebulan”. Said menjawab “Aku tidak mempunyai baju kecuali yang aku pakai ini, dan aku mencucinya sekali dalam sebulan. Dan aku menunggunya hingga baju itu kering. Kemudian aku keluar menemui mereka pada sore hari”.

Kemudian Umar pun kembali memberikan 1000 dinar kepada Said. Maka seperti sebelumnya Said mengajak istrinya untuk memberikan uang itu kepada masyarakat yang membutuhkannya, seraya berkata “Dinar ini akan kita berikan kepada yang akan mendatangkannya kepada kita, pada saat kita lebih membutuhkannya,kita pinjamkan dinar itu kepada Allah dengan pinjaman yang baik”. Kemudian dibagikanlah dinar itu kepada fakir-miskin, yatim piatu, janda dan  semisalnya.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah tersebut yaitu jika kita menjadi seorang pemimpin maka kita harus lebih mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan rakyat diatas diri kita sendiri. Kita juga harus siap hidup sederhana dan bersahaja tanpa harus mengumbar kemewahan. Bahkan kadang kita harus rela berkorban sebagaimana Gubernur Said bin Amir dengan senang hati dan ikhlas memberikan semua bantuan dari Khalifah Umar kepada rakyatnya. Sungguh sebuah kepemimpinan yang sarat dengan nilai nilai pengorbanan dan kebersahajaan.

Oleh: Alim Puspianto, M.Kom – Ketua SAKODA Pandu Hidayatullah Wilayah Jawa Timur

Related Articles

Leave a Comment