Kondisi umat Islam pada saat ini tidak lebih bak buih di tengah lautan. Jumlahnya banyak akan tetapi terombang ambing, lemah tak berdaya dan tidak diperhitungkan. Terkhusus di negara Indonesia, dimana umat Islam menjadi penduduk mayoritas bahkan merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar dunia. Akan tetapi realitanya umat Islam selalu terpojokan, umat Islam selalu terdzolimi, umat Islam selalu teraniaya di negri sendiri.
Masih segar diingatan kita ketika para banyak ustadz dipersekusi dan didholimi, kegiatan pengajian dibubarkan sementara yang berpesta pora sambil mabuk mabukan dibiarkan. Beberapa situs Islam diblokir sementara situs yang menebar kemaksiatan semakin berkibar. Pembawa bendera tauhid dicurigai, sementara yang jelas-jelas mengenakan logo PKI diangap trend masa kini. Kasus teroris selalu diidentikkan dengan Islam, kasus korupsi selalu yang dibidik umat Islam.. Bahkan ada organisasi Islam yang dinon aktifkan di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini.
Melihat kondisi yang demikian maka kebangkitan Islam menjadi sebuah keniscayaan. Umat Islam sangat rindu dan menanti kapan kebangkitan itu akan terjadi, kapan izzah Islam akan berkibar lagi. Sehingga semua kalangan bahu membahu berlomba mempersiapkan generasi terbaiknya yang diharapkan mampu merubah keadaan. Sebuah generasi yang diharapkan mampu melahirkan pemimpin yang kuat, cerdas, dan bijaksana semisal Muhammad Al Fatih. Pemimpin yang mampu menaklukan Konstantinopel, kota yang menjadi simbol kekuatan Nasrani pada saat itu. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW “Sesungguhnya Konstantinopel itu pasti akan dibuka (dibebaskan) sebaik baik pemimpin adalah kepemimpinannya, dan sebaik baik pasukan adalah pasukannya.” HR. Bukhari.
Diantara sekian banyak lembaga dan organisasi yang berlomba untuk menjawab tantangan zaman dengan menyiapkan generasi pilihan “Agent of change” adalah Ormas Hidayatullah. Melalui program Tarbiyah, Hidayatullah optimis mampu menyiapkan generasi pilihan, kader, leader dan profesinal. Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk kontek zaman modern seperti sekarang ini, berbicara masalah konsep pengkaderan tidak lepas dari dunia pendidikan. Maka dari itu Hidayatullah lebih khusus melalui Gerakan Pandu Hidayatullah memfokuskan diri membina generasi muda mulai tinggat sekolah sadar sampai menengah atas. Gerakan Pandu Hidayatullah atau biasa disebut dengan GPH ini merupakan kegiatan yang diwajibkan diseluruh lembaga pendidikan milik Hidayatullah. Dimana lembaga pendidikan Hidayatullah sudah tersebar hampir diseluruh kota dipenjeru Indonesia. Melalui GPH inilah kemudian calon calon generasi pilihan tersebut dibina dan dikondisikan sedemikian rupa sehingga setelah lulus nantinya menjadi pribadi pribadi kuat secara jasadiyah da
n ruhiyahnya serta luas wawasan tsaqofiyahnya. Kriteria sosok generasi pilihan itu tercantum jelas dalam PROFIL OUTPUT Gerakan Pandu Hidayatullah.
Terilhami dari Al Qur’an Surat Al Maidah (surat ke:5) ayat 54 maka generasi pilihan yang merupakan output GPH tersebut dinamakan GENERASI 554. Yaitu sebuah genersi yang telah dijanjikan Allah SWT melalui firman-Nya. “Hai orang orang beriman barang siapa diantara kamu murtad dari agama-Nya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang orang kafir. Mereka bejihad di jalan Allah, dan mereka tidak takut terhadap celaan orang orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah maha luas lagi maha mengetahui”
Lima Karakter Generasi Pilihan
Untuk melahirkan generasi 554 yang ideal, sudah pasti diperlukan sebuah tahapan yang berkesinambuangan. Tahapan demi tahapan tersebut saling terpaut dan menjadi satu kesatuan. Tahapan yang dimaksud disini adalah jenjang pendidikan yang dimiliki oleh Hidayatullah mulai dari SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Melalui GPH inilah ditanamkan karakter dasar yang diharapkan bisa dijadikan bekal untuk calon pemimpin masa depan. Setidaknya ada lima karakter dasar yang harus dibangun dan harus dimiliki oleh generasi pilihan pelanjut estafeta perjuangan Islam tersebut. Lima karakter ini menjadi pondasi kuat bagi pribadi pribadi yang akan mengemban amanah umat.
1. Shohihul Aqidah (Beraqidah yang lurus).
Karakter pertama yang harus dimiliki oleh generasi 554 adalah shohihul aqidah. Yaitu sebuah pemahaman keislaman yang lurus, benar serta kokoh sebagaimana manhaj salafus sholih. Termasuk didalamnya juga harus memiliki sikap lemah lembut kepada sesama muslim dan tegas atau keras kepada non muslim. Militansinya tidak diragukan lagi, mereka sudah kebal akan celaan dan makian dari orang orang yang mau menghancurkan Islam. Lurusnya aqidah ini juga akan mampu menjadikan seseorang siap dan suka rela untuk berjihad memperjuangkan agama Allah SWT kapanpun dan dimanapu ia berada. Bila panggilan itu tiba tiada kata lain selain sami’na wa atho’na.
2. Mutakholiqun bil Qur’an (Berakhlaq Qur’an)
Generasi 554 akan senantiasa menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dan visi hidupnya “the way of life”. Cara pandang dan prilaku merekapun sesuai dengan tuntunan Al Qur’an. Segala sesuatu yang mereka lakukan senantiasa dikembalikan kepada Al Qur’an. Sehingga bila Al Qur’an menyuruh sesuatu mereka akan melakukannya begitu juga bila Al Qur’an melarang suatu perkara maka merekapun akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjauhinya. Seluruh aktivitasnya tersinari dengan cahaya Al Qur’an, mulai bangun tidur sampai tidur lagi Al Qur’an senantiasa diamalkannya. Mereka sadar karena hanya dengan hukum al qur’anlah tatanan kehidupan manusia akan damai dan sejahtera.
3. Mujiddun fil ibadah (Bersunggung-sungguh dalam beribadah)
Bersungguh sungguh dalam ibadah ini merupakan karakter dasar generasi 554. mereka akan selalu semangat dan tekun dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang sifatnya wajib maupun yang sunah. Mereka sadar bahwa sejatinya diciptakannya jin dan manusia itu tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Setiap saat bibir mereka selalu basah dengan berdzikir dan ingat kepada Allah SWT. Mereka hanya takut kepada Allah SWT dan senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT. Sehingga tidak ada waktu sedetikpun yang terlewatkan kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT. Generasi 554 sadar bahwa tidak ada yang tahu kapan kematian akan menghampirinya. Oleh sebab itu mereka selalu bersungguh sungguh dalam beribadah. Karena bisa jadi itulah ibadah penghambaan terakhirnya.
4. Da’in ilallah (Berdakwah dijalan Allah)
Mampu dan aktif berdakwah dimasyarakat juga merupakan karakter yang melekat pada Generasi 554. Dengan kemampuan dan kapasitas keilmuan masing masing, generasi ini selalu tampil ke gelanggang menyampaikan kebenaran. Semangat berdakwah ini terilhami dari sabda baginda Rasulullah SAW. “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Selain itu generasi pilihan ini akan mampu memberikan kontribusi real di masyarakat. Generasi ini akan mampu meghadirkan solusi yang solutif di tegah-tengah kecarut marutan umat. Mereka juga tidak hanya pandai berdakwah bil lisan tetapi mereka langsung turun ke gelanggang untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar.
5. Multazimun bil Jama’ah (Berkomitmen terhadap jama’ah)
Seorang yang menyandang generasi 554 adalah mereka yang memiliki komitmen kuat kepada jama’ah serta memiliki kesadaran untuk menegakkan Islam secara kaffah yang mampu memberikan rahmat kepada seluruh alam. Mereka juga senantiasa memegang teguh imamah jama’ah. Loyalitas mereka terhadap Islam tidak diragukan lagi. Mereka sadar bahwa berjama’ah ini adalah modal utama untuk menyongsong terwujudnya sebuah peradaban Islam. Sehingga seluruh aktivitasnya selalu terpaut dengan jama’ah. Tidak salah pepatah megnatakan “ Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”, memang itulah kenyataannya. Umat Islam sekarang ini jumlahnya banyak tapi sangat tidak diperhitungkan, lemah tak berdaya laksana buih dilautan. Wallahu ‘alamu bish-shawab.
By : Sang Pejuang