Oleh: Alim Puspianto
“Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu berkata kepada malaikat, sesungguhnya aku hendak menjadikan di bumi seorang Kholifah” (Al Baqoroh: 30)
Dalam ayat tersebut Allah SWT dengan jelas berfirman bahwa kita diciptakan ke muka bumi ini tidak lain untuk menjadi seorang pemimpin. Mulai menjadi pemimpin untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat pada umumnya.
Tugas kepemimpinan tersebut tidak lain adalah dalam rangka mengatur seluruh potensi yang ada di dunia untuk kemaslahatan ummat manusia. Tentunya masing masing dari kita berbeda porsi dan kapasitasnya. Ada yang cukup diamanahi memimpin dirinya sendiri dan ada yang diberi amanah memimpin keluarganya. Bahkan lebih jauh ada yang dititipi amanah untuk memimpin bangsa.
Idealnya sebelum menjadi seorang pemimpin kita harus mengenal siapa kita dan bagaimana kreterian manusia secara umum. Sang Hujjatul Islam, Imam Al Ghazali membagi manusia menjadi 4 golongan.
Pertama: Rojulun yadri wa yadri annahu yadri (Seorang yang tahu (berilmu) dan dia tahu kalau dirinya tahu). Manusia yang masuk dalam katagori pertama ini disebut Alim atau mengetahui. Kreterian pertama ini adalah yang terbaik karena orang ini pintar dan dia menyadarinya kalau dia pintar. Sehingga ia pergunakan kepintarannya tersebut dalam rangka kemaslahatan ummat. Orang yang seperti ini patut kita jadikan rujukan. Apalagi kalau kita termasuk golongan awam maka sudah menjadi keharusan untuk menimba ilmu darinya
Kedua: Rojulun yadri wa laa yadri annahu yadri (seorang yang tahu (berilmu) tapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu)
Kelompok kedua ini secara keilmuan bagus. Tetapi dia tidak pernah menyadari kalau dia mempunyai ilmu dan kepandaian tersebut. Manusia yang masuk dalam kelompok ini diibaratkan seperti orang yang sedang tertidur. Tugas kita adalah membangunkannya dan menyadarkannya kalau dia sebetulnya punya potensi dan mampu untuk berbuat lebih.
Ketiga: Rojulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri (seorang yang tidak tahu tapi dia tahu kalau dia tidak tahu) kreterian ke tiga ini adalah orang yang sadar diri kalau dirinya tidak tahu atau tidak berilmu. Sehingga dengan kesadarannya tersebut mereka tahu diri dan bisa menempatkan diri. Golongan ketiga ini masih tergolong orang baik karena mereka sadar akan ketidaktahuannya.
Keempat: Rojulun laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri (seorang yang tidak tahu dan dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu). Kelompok keempat ini termasuk golongan manusia terburuk . Sebab mereka selalu merasa tahu tentang sesuatu hal padalah sebenarnya dia tidak tahu sedikitpun. Manusia jenis ini akan melawan jika diingatkan karena dia merasa tahu bakhan merasa lebih tahu.
Self Disclosure Theori
Terkait pengenalan diri ini kita juga bisa belajar dari teori tentang penyingkapan diri, yang sering disebut dengan Self Disclosure Theory”. Teori ini juga disebut sebagai teori Jouhari Window atau Jendela Johari. Dinamakan Johari karena diambil dari nama depan orang yang pertama kali memperkenalkan yaitu Josep Luft dan Harrington Ingham. Walaupun sebetulnya ini adalah teori tentang komunikasi tapi bisa juga kita terapkan dalam aspek leadership. Karena untuk menjadi seorang pemimpin juga perlu mengetahui siapa kita dan bagaimana orang orang yang ada disekitar kita (yang dipimpin). Untuk lebih jelasnya kita perhatikan gambar dibawah ini.
Jendela 1: Open
Menunjukan pribadi yang tahu tentang dirinya dan orang lainpun mengetahuinya. Kondisi sama sama tahu ini memungkinkan untuk terjadinya saling pengertiani. Kemudian potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh orang yang berada dalam daerah ini akan lebih termaksimalkan. Jika dalam sebuah kepemimpinan sudah terjadi saling mengetahui maka roda kepemimpinan akan berjalan dengan cepat. Sehingga target lembaga, organiasasi atau institusi bisa segera terwujud.
Jendela 2: Blind
Menunjukan orang yang buta. Daerah buta ini adalah daerah milik individu yang diketahui orang lain, tapi yang bersangkutan tidak mengetahuinya. Dia tidak banyak mengetahui tentang dirinya sendiri padahal orang lain tahu banyak hal tentang dirinya. mengetahui disini bisa terkait hal positif bisa juga negatif. Orang yang berada dalam kuadran ini harus kita sadarkan dan kita tunjukan tentang potensi yang ada dalam dirinya. Seorang pemimpin harus mengetahui dengan pasti potensi yang ada pada anak buahnya. Sehingga pemimpin tersebut akan menempatkan anggotanya sesuai dengan keahliannya. Bisa juga sebagai bahan renungan untuk kita sendiri. Sebetulnya apa yang belum kita ketahui dari pribadi kita ini.
Jendela 3: Hidden
Menunjukan pribadi yang Tersembunyi, dia tahu banyak hal tentang dirinya yang tidak diketahui oleh orang lain. Biasanya daerah ini berkaitan dengan rahasia pribadi. Atau bisa juga merupakan potensi yang dimiliki seseorang tetapi ia selalu menyembunyikannya. Sehingga orang lainpun tidak mengetahuinya secara pasti. Dalam konteks kepemimpinan seorang pemimpin harus mengetahui hal hal yang sengaja disembunyikan oleh anggotanya. Khususnya yang berkaitan dengan potensi. Bisa jadi orang tidak mau menunjukan kemampuannya karena malu atau pertimbangan lainnya. Seorang pemimpin harus mampu mengungkap seluruh potensi yang ada pada anggotanya untuk memaksimalkan kepemimpinannya.
Jendela 4: Unknown
Bisa juga disebut sebagai daerah gelap. Menunjukan pribadi yang tidak tahu tentang dirinya sendiri begitu juga orang lain tidak tahu tentang dirinya. Orang yang berada di daerah gelap ini biasanya tidak sadar kalau dirinya punya potensi yang sangat luar biasa. Karena tidak pernah dipertunjukan maka orang lainpun tidak mengetahuinya.
Semoga dengan dua materi diatas kita bisa lebih menyingkap dan mengenali siapa pribadi kita dan orang orang disekitar kita. Sehingga kedepan harapannya kepemimpinan kita bisa lebih efektif dan maksimal dalam berkarya.
*Penulis adalah Dosen STAI Luqman Al Hakim Surabaya dan Komandan Sako Pandu Hidayatullah Wilayah Jawa Timur