Oleh: Alim Puspianto*
Setiap pemimpin pasti punya ciri dan gaya kepemimpinannya masing masing. Antara satu dan lainnya kadang sangat jauh berbeda. Tidak ada yang salah dari setiap gaya kepemimpinan (leadership style), karena memimpin sejatinya adalah seni. Tetapi setiap gaya yang dipakai oleh seorang pemimpin pasti ada kelebihan dan kelemahan. Menjadi catatan bersama bahwa setiap gaya yang dipakai pasti adalah yang dianggap tepat untuk kondisi dan situasi pada saat itu. Tentunya masing masing pemimpin sudah memperhitungkan dengan seksama, kenapa gaya tersebut yang dipakai dalam menjalankan roda kepemimpinananya.
Pada tulisan kali ini saya akan berbagi tentang sebuah teori gaya kepemimpinan Life Cycle Theory of Leadership. Yaitu sebuah teori kepemimpinan yang berasumsi bahwa strategi dan perilaku pemimpin harus mempertimbangkan kondisi bawahannya (yang dipimpin). Khususnya melihat kemampuan kerja (skill) dan kemauan kerja (motivasi) para anggotanya. Disamping itu pemimpin juga harus mengetahui dengan pasti seberapa besar tingkat kedewasaan anggota berkenaan dengan prilaku tugas dan prilaku hubungan yang ditampilkannya.
Teori ini menjelaskan tentang 4 gaya kepemimpinan yang berbeda. Dengan memahami teori ini seorang pemimpin akan lebih tepat dalam mengambil kebijakan serta menentukan gaya kepemimpinannya.
Lebih jelasnya kita perhatikan gambar dibawah ini.
Kuadran I: Instruktif
Gaya kepemimpinan Instruktif ini sangat efektif digunakan saat bawahan mempunyai tingkat kemampuan yang rendah dan kemauannyapun rendah. Jika kita benar benar mendapati realita bawahan yang seperti itu maka selain menggunakan gaya kepemimpinan instruktif, seorang pemimpin juga harus meng upgrade kemampuan dan motivasi anggotanya. Banyak cara saya kira, bisa dengan mengikutkannya dalam pelatihan, diklat, workshop dan semisalnya.
Kuadran II: Partisipatif
Gaya kepemimpinan Partisipatif ini sangat tepat digunakan saat bawahan mempunyai kemampuan yang memadai namun motivasi untuk merealisasikan potensinya sangat rendah. Dalam kondisi bawahan seperti ini, seorang pemimpin harus banyak memberikan dukungan dan sedikit arahan. Serta senantiasa melibatkan anggotanya dalam setiap pengambilan keputusan.
Kuadran III: Konsultatif
Gaya kepemimpinan konsultatif sangat tepat digunakan saat kondisi bawahan memiliki tingkat motivasi tinggi namun tidak diimbangi dengan skill yang memadai. Kondisi seperti ini bisa menjadi kekuatan tersendiri untuk menjalankan roda kepemimpinan. Seorang pemimpin tidak harus bersusah payah memberikan motivasi berlebih kepada bawahannya. Dalam kondisi ini seorang pemimpin harus punya strategi pengembangan dan peningkatan kemampuan bagi anggotanya.
Kuadran IV: Delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok dipakai pada saat kondisi bawahan memiliki kemampuan kerja (skill) dan motivasi yang sama sama tinggi. Pada kondisi ini menjadikan pemimpin lepas tangan karena anak buahnya sudah bisa diandalkan. Akan tetapi seorang pemimpin harus tetap mengevaluasi dan mengontrol. Serta melakukan pendampingan dan membangun komunikasi yang baik dengan bawahannya.
Teori Life cycle of leadership ini belakangan berubah nama menjadi Situational leadership theory. Dimana intinya bahwa setiap pemimpin pasti akan menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda beda sesuai dengan tingkat kesiapan, situasi dan kondisi pengikutnya. Pemahaman dari Situational leadership theory ini menganggap bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik.
Seorang pemimpin yang sukses adalah mereka yang mampu menggunakan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang saat itu. Wajar memang karena walaupun sesorang pemimpin mungkin terkenal dengan satu gaya kepemimpinan tertentu, pasti pemimpin tersebut juga pernah menggunakan gaya lainnya. Tentunya gaya kepemimpinan yang digunakan adalah gaya kepemimpinan yang dianggap tepat dan cocok dengan kondisi dan situasi yang sedang dihadapi. Semoga bermanfaat!
*Penulis adalah Dosen STAI Luqman Al Hakim Surabaya dan Komandan Wilayah Pandu Hidayatullah Jawa Timur