The 4 Roles of Leadership

by admin

Kita bisa mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah orang yang paling punya kewenangan penuh untuk menentukan dan mengendalikan arah perjalanan sebuah organisasi. Sehingga seorang pemimpin dituntut untuk mampu menjalankan fungsinya secara maksimal dalam rangka mengantarkan organisasi menuju kesuksesan. Dalam konteks ini kita bisa belajar dari teori The 4 roles of leadership yang dikemukakan oleh Stephen Covey. Dimana teori ini menjelaskan bahwa setidaknya ada  empat fungsi yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin.

 

 The 4 Roles of Leadership

The 4 Roles of Leadership

  1. Pathfinding atau Perintis jalan

Seorang pemimpin harus mampu menentukan dan membuka jalan untuk tujuan besar organisasi. Artinya, seorang pemimpin harus visioner yaitu mampu membaca tanda tanda perkembangan dan kemajuan zaman. Ia selalu kreatif mengubah setiap tantangan menjadi sebuah peluang untuk menuju kesuksesan bersama.

Gagasan besar tersebut harus dimaktubkan secara jelas dalam visi, misi dan strategi lembaga. Kemudian tersampaikan keseluruh orang yang berada dibawah kepemimpinannya. Seorang pemimpin juga harus memastikan bahwa semua anggota telah memahami arah dan tujuan kapal organisasinya. Kenapa harus demikian, tidak lain agar mimpi besar tersebut bisa tergambar, dipahami dan menjadi komitmen bersama dalam mengantarkan lembaga menuju kesuksesan. Sebuah mimpi yang dibangun di alam sadar bukan mimpi yang didapat dari tidur pulas penuh kemalasan. Maka pemimpin visioner adalah seorang pemimpi sejati yang bermimpi disaat terjaga. Ia mampu membangun mimpinnya dengan penuh keoptimisan.

Selanjutnya sebagaimana seorang nahkoda kapal maka seorang pemimpin harus senantiasa mengontrol pergerakan kapal dan memastikan bahwa jalur yang dilewatinya sudah benar. Jangan sampai kapal kehilangan arah dan memutar mutar ditempat yang sama. Kehilatannya bergerak tapi hakekatnya diam karena pergerakannya hanya akan mengantarkan ke titik awal dimana gerakan pertama dimulainya.

  1. Aligning atau Penyelaras

Seorang pemimpin harus piawai menyelaraskan seluruh sistem organisasi agar saling bersinergi. Tentunya hal ini dilakukan dalam rangka menyamakan irama dan frekwensi gerakan. Sehingga semua orang yang ada dalam organisasi mampu bekerja dengan maksimal untuk mencapai visi yang telah ditentukan.

Proses penyelarasan ini akan terus berjalan mengiringi pergerakan dan dinamika organisasi. Sehinga dibutuhkan usaha yang terus menerus dan konsisten. Tentunya dengan selalu memperhatikan dan menyesuaikan dengan perubahan di internal dan eksternal lembaga. Oleh karena itu didalam aligning ini diperlukan fleksibilitas sehingga memudahkan pemimpin untuk melakukan penyesuaian.

Tentunya fungsi penyelaras ini tidak serta merta bisa dijadikan sebagai alasan untuk melakukan perubahan di setiap sistem yang ada. Selama sistem tersebut masih bisa berjalan dan sesuai dengan kebutuhan maka tidak perlu ada penyesuaian. Adapaun yang memang butuh penyelarasan itu juga tidak merubah target dan tujuan besar lembaga yang telah ditentukan bersama.

Seorang pemimpin harus senantiasa melihat dan mengevaluasi apakah penyesuaian penyesuaian yang telah dilakukan sudah sesuai dengan panduan dan tetap mengarah kepada target? Jika kenyataannya masih dijalur yang benar maka bisa dilanjutkan. Namun jika relaitanya malah melenceng dari tujuan maka seorang pemimpin harus segera mengambil tindakan yang memang menjadi kewenangannya.

 The 4 Roles of Leadership

Empowering The 4 Roles of Leadership

  1. Empowering atau Pemberdaya

Bagian dari fungsi pemberdayaan adalah upaya pemimpin untuk menumbuhkan lingkungan kerja yang produktif dan penuh dengan kepercayaan serta keoptimisan. Hal ini dimaksudkan agar setiap orang bisa memberikan kemampuan terbaiknya dan selalu berkomitmen kepada organisasi. Dari situlah kemudian seorang pemimpin dituntut untuk bisa memberdayakan seluruh anggotanya. Pemberdayaan yang dimaksud bisa berupa kepercayaan untuk mendelegasikan anggotanya dalam beberapa pekerjaan.

Baca : Berproses Menjadi Pemimpin

Salah satu kegagalan dalam hal pemberdayaan ini biasanya berawal ketika seorang pemimpin ‘belum rela’ untuk memberikan kepercayaan kepada teamnya. Hal tersebut bisa jadi dikarenakan adanya ketakutan dari seorang pemimpin akan posisi yang sekarang ia tempati. Sehingga ia tidak mengijinkan seorangpun untuk menggantikannya.

Padahal idealnya seorang pemimpin harus bisa menciptakan sebuah suasan lingkungan kerja yang mampu membuat seluruh anggotanya betah dan nyaman. Sehingga keberadaannya di organisasi tersebut tidak hanya sekedar tercatat sebagai anggota saja. Akan tetapi mereka merasa menjadi bagian penting dari organisasi, merasa puas, dan merasa memiliki. Sehingga dengan begitu diharapkan mereka akan bekerja dengan sepenuh hati dan mencurahkan kemampuan terbaiknya untuk kemajuan organisasi.

Menjadi wajar bahkan keharusan ketika seorang pemimpin memberdayakan seluruh anggotanya. Karena pada dasarnya kesuksesan seorang pemimpin itu ketika mampu melahirkan pemimpin pemimpin baru yang lebih baik. Dan hal itu hanya bisa dilakukan melalui proses pemberdayaan yang dipenuhi dengan kepercayaan. Bawahan juga butuh pengakuan dan mereka juga butuh kepercayaan dari pemimpinnya. Maka salah satu kepuasan terbesar dari seorang bawahan adalah bila mereka dipercaya untuk terlibat dan berkontribusi dalam pergerakan organisasi.

  1. Modelling atau Uswah

Fungsi modelling ini mengungkapkan bagaimana seorang pemimpin harus menjadi panutan atau uswah bagi para anggotanya. Sehingga ia harus senantiasa berhati hati dalam setiap tutur kata, sikap, dan keputusan yang diambilnya. Karena setiap pergerakannya akan menjadi standar bagi seluruh anak buahnya dan merupakan cerminan dari lembaga secara umum.

Kita bisa mengatakan bahwa modelling atau uswah ini merupakan inti dari sebuah proses kepemimpinan. Tanpa modelling yang baik, maka apa pun yang kita sampaikan tidak akan dipatuhi. Banyak pemimpin yang dengan mudah mengatakan “jangan” pada orang lain tapi “gagal” untuk mempraktekannya sendiri. Artinya bahwa pemimpin tersebut belum mampu untuk memberikan uswah bagi seluruh anggotanya. Dari situ kita bisa mengatkan bahwa self leadership bisa jadi jauh lebih sulit dari pada memimpin orang lain. Karena menyuruh itu lebih mudah daripada mengerjakannya sendiri.

Bayangkan misalnya dalam sebuah rapat, seorang pemimpin selalu menasehatkan akan pentingnya kedisiplinan. Tetapi realitanya pemimpin tersebut malah yang paling sering terlambat datang ke kantor. Andaikan kita yang menjadi anggotanya, apakah kita akan mempercayai nasehatnya?  tentu jawabannya tidak bukan. Walaupun secara lebih luas kita bisa memilah dan memilih mana yang seharusnya kita contoh dan mana yang harus kita tinggalkan.  Artinya bahwa kita bisa mengambil sisi baiknya dan meninggalkan sisi buruknya.

Oleh: Alim Puspianto, M.Kom – Ketua Sakoda Hidayatullah Jawa Timur & Dosen Dakwah STAI Luqman Al Hakim Surabaya

Related Articles

Leave a Comment