Konsep Kepemimpinan Ki Hajar Dewantara (Leadership-8)

by admin

Oleh: Alim Puspianto

Setiap siswa, guru dan masyarakat Indonesia pasti tahu dan hafal tentang semboyan Tut Wuri Handayani yang melekat pada logo Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kita tahu juga bahwa  semboyan tersebut sebenarnya bukanlah semboyan yang utuh.  Melainkan merupakan bagian terkahir dari tiga bait semboyan sakti. Bunyi lengkapnya adalah  “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”. Itulah tiga semboyan yang dicetuskan oleh Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Beliau adalah Bapak Pendidikan Nasional yang tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS).

Sungguh sebuah semboyan yang sarat akan nilai nilai filosofis. Secara lengkap makna dari tiga semboyan tersebut yaitu. Ing Ngarso Sung Tulodho maksudnya adalah, di depan, seorang guru harus memberikan teladan atau contoh tindakan yang baik.  Sedangkan arti dari Ing Madyo Mangun Karso yaitu di tengah atau diantara murid, seorang guru harus membangun semangat  dan menciptakan prakarsa atau inspirasi . Terakhir Tut Wuri Handayani, maksudnya adalah dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan.

Sebuah Konsep Kepemimpinan

Pernahkan kita renungkan bahwa tiga semboyan dalam dunia pendidikan tersebut sejatinya adalah sebuah konsep kepemimpinan. Lebih tepatnya sebuah konsep kepemimpinan yang terkemas indah dalam bahasa Jawa. Kalau dipikir pikir dunia pendidikan dan kepemimpinan memang mempunyai korelasi yang sangat kuat. Bahkan hadirnya dunia pendidikan tidak lain dalam rangka memproses dan menyiapkan para calon pemimpin di masa depan. Sehingga penanaman nilai nilai kepemimpinan dalam dunia pendidikan menjadi sebuah keniscayaan.

Sangat jelas, bahwa arah dari tiga konsep kepemimpinan tersebut adalah mengantarkan peserta didik menjadi seorang pemimpin yang mampu memberikan kontribusi real di masyarakat. Keberadaannya mampu menjadi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Kehadirannya sangat dinantikan, baik posisinya berada di depan, di tengah atau berbaur maupun posisinya berada di belakang untuk memberikan dukungan moral kepada masyarakat.

Bila kita coba uraikan penjelasan dari tiga konsep kepemimpinan Ki Hajar Dewantara kurang lebihnya sebagai berikut:

Pertama, Ing ngarso sung tulodho (di depan memberikan contoh atau teladan). Ajaran ini mengandung arti bahwa seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan bagi para anak buah dan bawahannya. Yaitu dengan berprilaku jujur, disiplin, amanah, adil dan toleransi kepada sesama. Salah satu cara paling mudah untuk memberikan teladan adalah adanya keselarasan antara perkataan dan perbuatan atau tindakan dalam diri seorang pemimpin.

Bahkan hal itu bisa dikatakan sebagai modal utama dalam memberikan keteladanan. Bahasa kerennya adalah “Practice what you preach”. Yaitu seorang pemimpin akan lebih excellent jika ia mampu mempraktekan apa yang dikatakan dan dinasehatkan, sebelum menyuruh atau menginstruksikan perintah kepada anggotanya. Jangan sampai seorang pemimpin hanya bisa menyuruh saja sedangkan ia sendiri enggan untuk melaksanakannya.

Ada kata kata bijak mengatakan bahwa satu tindakan yang dicontohkan akan lebih berarti dibandingkan dengan 1000 perkataan yang diucapkan. Bahasa lainnya adalah memimpin dengan keteladanan atau lead by example. Jika seorang pemimpin senantiasa memberikan keteladanan maka tidak usah disuruhpun anggotanya akan menaruh hormat, kemudian secara otomatis mengikuti atau menjadi follower setianya.

Kedua, Ing madyo mangun karso (di tengah membakar semangat dan mengembangkan motivasi). Seorang pemimpin harus mampu berkerja sama dengan anak buahnya. Keberadaan seorang pemimpin di tengah anggotanya juga harus bisa membangun dan membangkitkan motivasi dan semangat juang. Di tengah kesibukannya, ia juga dituntut memberikan inovasi dan menciptakan iklim kerja yang baik. Sehingga dari situ akan tercipta sebuah team solid yang dipenuhi dengan keoptimisan untuk meraih kesuksesan.

Dengan begitu anak buahnya akan benar benar merasakan kehadiran seorang pemimpin dalam setiap aktivitasnya. Secara otomatis pasti mereka akan berkerja lebih serius dan all out. Jangan sampai seorang pemimpin hanya duduk manis atau bersembunyi di belakang meja saja. Akan tetapi, seorang pemimpin idealnya harus ikut turun tangan berjuang bersama anggotanya.

Ketiga adalah Tut Wuri Handayani (memberikan dorongan dari belakang). Seorang pemimpin harus mampu memberikan dorongan moral kepada anak buahnya untuk bisa tampil ke gelanggang mengambil peran. Tentunya seorang pemimpin harus percaya dan yakin pada kemampuan anggotanya. Bukti nyata dari kepercayaan tersebut yaitu dengan pendelegasian atau mengamanahkan sebuah wewenang sesuai kapasitas masing masing anggota.

Sejalan dengan itu, secara otomatis pemimpin juga dituntut untuk mampu meyakinkan anak buahnya bahwa mereka mampu untuk melakukan tugas yang telah diamanahkan kepadanya. Seorang pemimpin yang baik pasti akan  bangga ketika melihat anak buahnya tampil melebihi dirinya. Karena pemimpin yang hebat adalah seorang pemimpin yang mampu melahirkan pemimpin pemimpin baru di masa depan.

Ada saatnya seorang pemimpin harus melatih anak buahnya berkerja sendiri untuk mandiri. Dalam artian bahwa seorang pemimpin harus punya komitmen untuk mengkader anggotanya menjadi lebih baik dari dirinya yang sekarang ini. Seorang pemimpin sudah seharusnya tidak gila akan sanjungan dan penghormatan. Karena hadirnya pemimpin bukan untuk melahirkan para pengikut. Tetapi walau keberadaanya berada di posisi belakang, ia mampu memberikan dorongan moral yang kuat.

Luar biasa, sungguh sebuah konsep kepemimpinan yang sangat komprehensif. Sebuah konsep yang menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sikap seorang pemimpin sejati. Baik ketika posisinya berada di depan, di tengah maupun di belakang anggotanya. Semoga yang sedikit ini bisa menambah wawasan keilmuan, serta mampu memperkuat pondasi nilai nilai kepemimpinan kita.

*Penulis adalah Komandan Pandu Hidayatullah Wilayah Jawa Timur 

Related Articles

Leave a Comment