Kita sepakat bahwa banyak aspek yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi pemimpin yang sukses. Tidak cukup hanya bermodal kecerdasan, kekayaan dan kelebihan dalam aspek performence saja. Tetapi seseorang juga harus mempunyai leadership mentality atau mental kepemimpinan yang kuat. Karena leadership mentality merupakan salah satu pondasi dasar dalam sebuah bangunan kepemimpinan. Dengan leadership mentality yang kuat maka seseorang akan benar benar siap menjadi seorang pemimpin.
Kenapa leadership mentality ini menjadi penting, tidak lain karena mental kepemimpinan ini merupakan modal awal untuk seseorang bisa menggerakkan roda kepemimpinannya. Jika seseorang telah memiliki mental kepemimpinan yang baik, itu artinya satu masalah urgen sudah terselesaikan. Sehingga peluang untuk memacu laju atau pergerakan kapal organisasi akan lebih maksimal.
Lain halnya jika seorang pemimpin tidak memiliki leadership mentality yang kuat, bisa bisa kepemimpinan yang dijalankannya hanya akan jalan di tempat atau bahkan mengalami kemunduran. Karena tipe pemimpin yang tidak memiliki mental kepemimpinan bisa dimungkinkan hanyalah seorang pimpinan. Dia hanya menduduki jabatan saja tapi tidak menjadi pemimpin bagi anggotanya.
Sebenarnya apa sih leadership mentality itu. Terus kenapa seorang pemimpin harus mempunyai leadership mentality yang kuat. Jawabannya tidak lain karena leadedrship mentality berbicara tentang arti sebuah keteguhan prinsip, tanggung jawab, keberanian, rela berkorban dan bekerja keras untuk mencapai apa yang telah ditargetkannya. Sehingga dengan bekal tersebut harapannya ia akan lebih lihai dalam menahkodai kapal kepemimpinannya.
Hal inilah yang bisa menjadi pembeda bagi kebanyakan pemimpin. Semua orang boleh menjadi pemimpin namun hanya orang yang memiliki mental kepemimpinan kuatlah yang nantinya akan menjadi pemimpin yang sukses. Perlu kita ingat bahwa mental kepemimpinan tersebut harus ditumbuhkan sejak dini. Hal ini dimaksudkan agar mental kepemimpinan bisa terpatri kuat di jiwa seseorang. Sehingga kelak mental kepemimpinan tersebut bisa berkolaborasi dengan aspek lainnya dalam menghadirkan kepemimpinan yang kuat dan penuh dengan tanggung jawab.
Membangun leadership mentality
Selanjutnya pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana cara kita membangun mental kepemimpinan ? Nah, jawabannya tentu bisa kita praktekkan lewat hal hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya jika kita sebagai seorang siswa maka mental kepemimpinan bisa kita tumbuhkan lewat keberanian kita mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru. Meskipun jawaban kita belum tentu benar, tapi keberanian tersebut merupakan langkah awal dari membangun mental kepemimpinan dalam diri kita.
Baca juga : Effective Leadership, 7 Kriteria Pemimpin Efektif
Sebuah realita yang sering kita saksikan adalah jika ada seorang guru melontarkan sebuah pertanyaan maka bisa dipastikan sebagian besar murid akan diam seribu bahasa. Diam di sini menunjukan mereka mengelak sebagai aksi “menyelamatkan diri” atau lari dari permasalahan tersebut. Jikalau ada yang berani menanggapi, itu pun kebanyakan malah menunjuk temannya untuk menjawabnya. Biasanya mereka akan berkata “Si A bu bisa” atau “Si B bu mau maju”. Kira-kira seperti itulah realita yang terjadi dikebanyakan sekolah sekolah kita.
Realita lain kita bisa saksikan dikalangan mahasiswa, masih banyak dari mereka yang belum mempunyai mental kepemimpinan yang kuat. Sebagai contohnya ketika mereka mengikuti seminar atau kegiatan semisalnya, mereka cenderung pasif. Mereka hanya datang, mendengarkan, dapat sertifikat dan kemudian pulang. Bahkan ketika ada sesi tanya jawab tidak jarang moderatornya kebingungan karena tidak ada seorangpun peserta yang berani mengacungkan tangannya, sebagai tanda mau bertanya.
Bahkan dikalangan aktivis yang notabene merupakan orang orang yang sudah menyiapkan dirinya menjadi seorang pemimpin, tidak sedikit dari mereka yang masih malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya. Artinya bahwa mental kepemimpinan mereka masih lemah.
Keberanian untuk mengangkat tangan tidak cukup hanya berbekal kepandaian atau kecerdasan saja. tetapi itu lebih kepada seberapa besar mental kepemimpinan mereka. Karena tidak jarang ada orang yang cerdas tapi lemah diaspek mental kepemimpnan. Sehingga kecerdasannya belum mampu memberikan dampak yang maksimal. Apa artinya cerdas kalau tidak mampu memberi solusi untuk permasalahan umat. Bahkan dalam kondisi tertentu kecerdasannya tidak bisa memberikan manfaat kecuali hanya sekedar untuk dinikmati oleh dirinya sendiri.
Pemimpin sebagai solusi
Seorang pemimpin dituntut untuk maju kedepan atau turun ke gelanggang memberikan pencerahan dan menyelesaikan permasalahan. Tentunya keberanian tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang orang yang kuatn mental kepemimpinanya. Majunya bukan untuk kesombongan tapi merupakan bentuk tanggung jawab dari sebuah amanah kepemimpinan.
Adapun dalam kehidupan bermasyarakat mental kepemimpinan ini bisa kita asah lewat keaktifan dalam mengikuti setiap kegiatan kemasyarakatan. Seperti kerja bakti, pengajian, bakti sosial, ronda malam dan kegiatan kegiatan sejenisnya. Selain itu kita juga perlu senantiasa memberikan gagasan gagasan kita terkait dengan permasalah permasalah yang ada di masyarakat. Sehingga keberadaan kita tidak hanya dihitung akan tetapi benar benar diperhitungkan. Ada dan tidaknya sangat menentukan karena mampu memberikan solusi permasalahan.
Tak pelik jika kebanyakan generasi muda cenderung pendiam atau bahkan lebih memilih posisi aman versi mereka yaitu dengan menghindari permasalahan, maka bisa dipastikan Indonesia akan kekurangan stok figur pemimpin di masa depan. Salah satu indikasi lemahnya mental kepemimpinan seseorang adalah mereka tidak punya cukup keberanian untuk sekedar bersuara dalam merespon sebuah permasalahan.
Dari beberapa relaita diatas kita bisa jadikan sebagai bahan introspeksi diri kita. Apakah kita termasuk orang yang memiliki mental kepemimpinan kuat atau kita termasuk kebanyakan masyarakat yang mental kepemimpinannya lemah.
Sebagai kata kata penyemangat, jika memang kita mempunyai cita cita jadi pemimpin, maka kunci kuat kuat cita cita tersebut. Kalau perlu buang kuncinya agar kesuksesanlah yang secara otomatis akan membukanya. Mulai sekarang pantaskan diri kita untuk menjadi pemimpin besar. Sudah saatnya kita belajar dan melatih mental kepemimpinan kita. Sehingga jika waktunya tiba kita benar benar siap untuk melanjutkan estafeta kepemimpinan.
Oleh : Alim Puspianto, M.Kom – Ketua Sakoda Hidayatullah Jawa Timur & Dosen Dakwah STAI Luqman Al Hakim Surabaya