Segitiga Produktivitas

by admin

Di dalam menjalani hidup dan kehidupan ini setiap orang pasti dituntut untuk selalu produktif. Terlebih bagi seorang pemimpin yang mempunyai tanggung jawab besar. Ia harus mampu mengantarkan dan memastikan produktivitas kerja lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Produktivitas yang dimaksud yaitu kemampuan menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat secara efektif dan efisien.

Segitiga Produktivitas

Segitiga Produktivitas

Sebelum membahas lebih jauh tentang seluk beluk produktivitas, alangkah baiknya kita dan khususnya bagi seorang pemimpin harus tahu dulu komponen dasar pembentuk produktivitas itu sendiri. Bisa dikatakan juga komponen dasar ini menjadi syarat yang harus dipenuhi untuk sebuah produktitivitas kerja.

Komponen Dasar Produktivitas

Setidaknya ada tiga unsur pembentuk atau bisa kita menyebutnya sebagai segitiga produktivitas. Jika ketiga elemen ini ada dalam diri seseorang atau team, itu artinya modal dasar sebuah produktivitas sudah terpenuhi. Tetapi jika salah satu dari ketiga unsur dasar pembentuk produktivitas ini  tidak ada maka bisa dipastikan produktivitas kerja yang tinggi hanya menjadi sebuah harapan semata. Adapun tiga unsur tersebut yaitu.

Pertama, Knowledge

Knowledge atau pengetahuan menjadi unsur pertama pembentuk produktivitas yang harus kita miliki. Karena bagaimana kita bisa bekerja, apalagi sampai produktif jika kita tidak memahami dengan detail pekerjaan kita. Dengan pengetahuan ini pula kemudian seseorang bisa melakukan trik dan strategi khusus agar pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya bisa lebih maksimal, efektif dan efisien. Karena bisa jadi salah satu alasan utama seseorang yang menunda pekerjaan adalah mereka tidak tahu bagaimana melakukannya.

Secara umum, jika seseorang akan melakukan sebuah pekerjaan maka idelanya ia harus tahu dulu cara dan tahapan untuk mengerjakannya. Nah, jika berbicara dalam ranah organisasi maka sudah sewajarnya pihak pengelola atau manajemen harus memastikan aspek knowledge ini sudah dimiliki oleh seluruh anggota atau karyawannya. Secara umum aspek knowledge ini biasanya tertuang dalam buku panduan kerja.

Baca juga: Citra Diri Seorang Pemimpin

Untuk menciptakan produktivitas kerja yang tinggi, sebuah organisasi atau perusahaan juga akan mengadakan pelatihan dan pendampingan kerja. Tentu yang menjadi pematerinya adalah orang orang senior dan para praktisi yang sudah banyak “makan garam” dibidang masing masing. Dengan begitu diharapkan seluruh anggota atau karyawan akan benar benar paham dan yakin dengan tugas dan tanggung jawabnya. Mereka akan semakin optimis bahwa “saya pasti bisa”, “saya pasti suskes” sebagaimana para pelatihnya yang sudah membuktikan dengan prestasi dan karya karya terbaiknya.

Selain itu dalam aspek pemenuhan knowledge ini kita juga bisa mendapatkannya dengan  memanfaatkan teknologi media internet. Mengingat dengan kemajuan dan kecanggihannya, hampir semua kebutuhan manusia di era ini bisa kita dapatkan di dalamnya. Tidak terkecuali aspek knowledge, kita butuh apa, tinggal “minta tolong” ke “mbah google”. Jika kita masih memerlukan video tutorialnya, kita juga tinggal buka youtube yang sudah menyediakannya secara lengkap.

Gambar Segitiga Produktivitas

Gambar Segitiga Produktivitas

Kedua, Action

Jika sebuah ilmu pengetahuan tanpa diikuti oleh aplikasi nyata  maka tidak akan mampu memberikan manfaat secara maksimal. Tidak salah jika ada kata bijak yang mengatakan bahwa “ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah”. Karena idealnya apa yang sudah dipelajari dan dimengerti harus segera dieksekusi. Secara umum pengaplikasian ini menjadi penting agar semakin menguatkan apa yang sudah kita pelajari dan pahami.

Sehingga sangat tepat jika action ini menjadi unsur pembentuk produktivitas ke dua setalah knowledge. Karena bagaimana mungkin seseorang bisa berkarya jika tanpa dibekali ilmu sebelumnya. Lebih lebih dalam dunia kerja, untuk memastikan semua karyawan atau anggota bisa bekerja sesuai dengan targetnya maka sudah tentu wajib dibekali dengan keilmuan dan materi panduannya terlebih dahulu.

Selanjutnya ilmu yang sudah didapatkan tersebut harus segera dipraktekan dalam wujud sebuah karya. Untuk apa buku panduan dan banyaknya pelatihan jika apa yang didapatkan tidak dipraktekan. Semuanya pasti akan sia sia karena yang sudah dipelajari tidak mampu menghasilkan apa apa.

Baca Juga: The 4 Roles of Leadership

Idealnya setelah seseorang atau karyawan dibelakali dengan pengetahuan tentang sistem kerja baik teori maupun praktek, maka tidak ada alasan lagi untuk tidak menunaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Maksudnya adalah tahapan kedua setalah dibekali dengan ilmu maka seseorang wajib mempraktekannya.

Ketiga, Consistency

Setelah dua unsur yaitu knowledge dan action sudah dipenuhi maka unsur terakhir pembentuk produktivitas yaitu konsisten atau istiqomah. Konsisten ini menjadi penting karena karya yang bagus dan indah itu tidak didapat dari hanya sekali atau dua kali praktek saja. Pasti didalamnya ada sederet kekurangtepatan untuk tidak mengatakan kegagalan. Sehingga dengan konsisten inilah yang akan menjadikannya semakin baik, semakin baik dan semakin baik lagi.

Biasanya aspek konsisten ini menjadi keluhan paling sering dirasakan untuk menghasilkan produktivitas yang baik. Karena selain dari kecakapan seseorang dalam melaksanakan tugas dan kerjanya, konsistensi menjadi sebuah keniscayaan. Seseorang bisa saja melakukan pekerjaannya dengan baik disuatu waktu, namun capaian tersebut tidak bisa bertahan lama. Bisa juga capaian kerja seseorang sangat memuaskan bahkan melebihi dari target kerjanya, namun itu hanya sekali dan setelahnya mengalami keterpurukan.

Kenapa bisa demikian, tidak lain penyebabnya adalah tidak adanya konsistensi dalam berkerja. Jangan sampai semangat kita kadang muncul dan dilain waktu hilang. Orang Jawa mengatakan “Anget anget tahi ayam”. Semangat di awal, loyo dikemudian harinya.  Bahasa kerennya adalah Edi Tansil = Ejakulasi Dini Tanpa Hasil.  Yaitu semangat diawal, lemas ditengah dan hancur diakhir.

Nah, ketika produktivitas kerja belum tercapai mungkin salah satu dari ketiga unsur pembentuknya ada yang bermasalah. Bisa dari unsur knowledge, action atau mungkin kurangnya consistency dalam melakukannya. Mari kita penuhi tiga elemen penting tersebut agar produktivitas kerja bisa lebih baik.

Oleh: Alim Puspianto, M.Kom – Master Trainer Leadership & Ketua Sakoda Hidayatullah Jawa Timur Sekaligus Dosen Dakwah di STAI Luqman Al Hakim Surabaya

Related Articles

Leave a Comment