Memimpin Generasi Milenial

by admin

Sebuah realita perkembangan zaman, dimana kita dihadapkan dengan tantangan dan peluang zaman yang benar benar baru. Khususnya dalam dunia leadership, kita disuguhi dengan hadirnya generasi milenial. Dimana  generasi milenial ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka terlahir di tengah kondisi sosial dan perkembangan teknologi yang luar biasa. Hal itu yang kemudian mempengaruhi pola pikir, karakter dan “cara” hidup mereka.

Memimpin Generasi Milenial

Memimpin Generasi Milenial

Meskipun mereka datang dengan membawa karakter tersendiri, yang pasti mereka merupakan potensi besar bagi dunia leadership. Baik leadership dalam lingkup organisasi, perusahaan bahkan negara. Karena mau tidak mau mereka adalah calon pelanjut pemimpin masa depan. Bahkan sebagian diantara mereka sudah ikut terlibat aktif mewarnai dunia kepemimpinan di berbagai lininya.

Sebagai seorang pemimpin tentunya kita harus bisa memahami mereka. Karena ketika kita bisa memimpin dan memaksimalkannya, mereka dapat menjadi pembeda yang unik dalam mensupport organisasi untuk mencapai kesuksesan.

Sebelum kita benar benar merekrut mereka masuk menjadi bagian dari kita, alangkah baiknya kita ketahui dulu karakteristik mereka. Sehingga nantinya kita tidak salah dalam mengkondisikan dan memposisikan mereka.

Terus apa saja yang perlu kita ketahui dan gali lebih dalam terkait dengan karakteristik generasi milenial. Mari kita ulas bersama.

  1. Fokus perhatian yang semakin singkat

Realita perkembangan zaman menyajikan sebuah fenomena tentang perubahan rentan perhatian anak manusia yang semakin singkat. Sebagai salah satu buktinya, dahulu kita selalu disuguhi film dengan durasi minimal 2 jam dan kita bisa menikmatinya dengan baik. Di era selanjutnya kemudian durasi tersebut sedikit demi sedikit mulai berkurang. Seperti serial dan film yang ditayangkan di TV, dimana durasinya hanya 1 jam an saja. Bahkan banyak tayangan serial komedi dan talk show yang hanya berdurasi 25-30 menit.

Trend terakhir, generasi milenial lebih suka melihat episode yang hanya berdurasi 5-10 menit saja. Tak heran jika zaman sekarang video berdurasi pendek seperti vlog, film pendek, ceramah pendek yang tersebar di media sosial sangat tumbuh subur bak jamur di musim hujan.

Baca juga : Memimpin dengan Cinta

Mereka menginginkan segala sesuatunya instan dan cepat. Jika mau membaca berita, mereka tidak akan suka pergi membeli koran atau majalah. Meraka lebih tertarik untuk memenuhi kebutuhannya lewat internet. Jika bertransaksi Bank, mereka tidak mau lagi ke Bank. Karena hal itu bisa dilakukan lewat mobile banking. Dalam hal karier, mereka juga tidak mau menunggu lama untuk jenjang karir mereka. Begitu mereka merasa cukup belajar di suatu tempat mereka ingin mencoba bagian yang lain yang mereka belum kuasai.

Salah satu point yang bisa kita ambil adalah bahwa di dalam memperlakukan generasi milenial kita harus to the point. Jangan sampai berbelit belit, apalagi sampai terkesan “nggramyang” alias tidak jelas.

  1. Ketertarikan yang tinggi terhadap dunia digital

Tidak bisa dipungkiri bahwa generasi milenial menjadikan ponsel pintar, koneksi data internet dan daya baterai menjadi kebutuhan utama mereka. Dengan kecanggihan internet dan serba serbi di dalamnya membuat mereka mampu mendapatkan informasi jauh lebih cepat. Kemudahan dan kecanggihan yang ada sangat memanjakan mereka. Semua kebutuhan hampir hampir bisa dipenuhi hanya dengan sentuhan ujung jari di layar kotak ajaib mereka.

Realita menunjukan bahwa kehidupan mereka banyak dihabiskan di dunia maya daripada dunia nyata. Bahkan eksistensi status sosial mereka lebih ditentukan oleh interaksi di media sosial yang mereka punya. Maka tidak heran jika fenomena berburu follower di instagram dan subcriber di youtube menjadi hal lumprah. Beberapa diantara mereka bahkan rela mendapatkannya dengan cara membeli.

Sebagai seorang pemimpin kitapun dituntut untuk memahami dunia mereka. Khususnya dalam aspek digitalisasi dalam menyelesaikan permasalahan atau tugas tugas untuk mereka. Jangan memaksakan sesuatu yang sebetulnya kita tahu kalau mereka akan tidak tertarik. Bisa bisa kita akan dianggap gaptek atau kolot karena tidak bisa mengikuti perkembangan jaman.

  1. Trend menjadi entrepreneur

Mereka melihat kesuksesan beberapa entrepreneur seperti gojek, traveloka, shopee, dan bukalapak. Kemudian mereka sangat terinspirasi dengan kesuksesan beberapa star up company tersebut. Kemudian menjadikannya sebagai panutan dan inspirator.

Kalau dulu orang akan menetap di satu perusahaan dan loyal. Akan tetapi untuk generasi milenial, mereka biasanya sering berganti ganti tempat kerja. Mereka cenderung bekerja “dengan” perusahaan bukan “untuk” perusahaan. Hal itu semata mata dilakukan karena mereka ingin memperbanyak pengalaman sebagai bekal untuk meraih cita cita mereka.

Bahkan tidak sedikit dari mereka yang walaupun berstatus sebagai karyawan atau pegawai di suatu perusahaan tertentu, mereka juga mempunyai usaha sendiri. Apalagi dengan menjamurnya online shop yang bisa dikerjakan tanpa ikatan waktu dan tempat. Kemudahan tersebut membuat mereka bisa memaksimalkan potensinya dalam berenterpreneur melalui online shop yang murah dan mudah.

  1. Think global, act global

Dahulu banyak yang bersemboyan think global act lokal (berpikir global bertindak lokal). Namun generasi sekarang ingin think global dan act global. Mereka tak hanya berbikir global, mereka juga ingin bertindak dan menjadi bagian dari gerakan global. Jadi apapun yang dapat membuat mereka menjadi bagian dari aktivitas global, seperti traveling, kerjasama lintas negara, ikut organisasi internasional dan lain sebagainya akan menarik minat dan mendapatkan perhatian generasi milenial. Mereka sangat membuka diri dengan kehidupan internasional. Bahkan akan dikatakan “kuper” jika tidak bisa mengikuti perkembangan yang ada.

Itulah beberapa karakteristik generasi milenial yang bisa kita jadikan bahan untuk memperlakukan dan mengkondisikan mereka. Sehingga kita benar benar bisa menjadikan  mereka  sebagai kekuatan baru untuk kemajuan dan kesuksesan organisasi.

By: Ust. Alim Puspianto, M.Kom – Komandan Wilayah Sakoda Hidayatullah Jawa Timur & Dosen Komunikasi STAI Luqman Al Hakim Surabaya

Related Articles

Leave a Comment