The Perfect Leader

by admin

Dunia telah mencatat bahwa umat Islam memiliki satu  sosok  pahlawan yang sangat fenomenal. Ia adalah sosok penakluk yang disegani kawan dan ditakuti lawan lawannya. Kehebatan dan skill yang dimilikinya mampu dibaca oleh Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga beliau memberikan gelar Saifullah (Pedang Allah) kepadanya. Sebuah gelar yang pas dan terbukti bahwa dialah panglima perang yang tak pernah terkalahkan sepanjang hidupnya. Sosok agung tersebut tidak lain adalah Khalid bin Walid.

The Perfect Leader, Khalid bin Walid

The Perfect Leader, Khalid bin Walid

Sosok Khalid bin Walid

Sebagai seorang yang terlahir dari keluarga ahli perang tentu beliau mendapatkan pendidikan militer yang tidak diragukan lagi. Secara fisik beliau memiliki tubuh yang kuat dan ahli gulat. Diceritakan ia pernah bergulat dengan Umar bin Khattab. Dimana keduanya memiliki kekuatan fisik dan keahlian gulat yang sama hebatnya. Namun ternyata Khalid bin Walid mampu tampil sebagai pemenangnya.

Keahlian strategi dalam berperangpun sudah beliau kuasai dengan baik. Salah satu bukti yang mampu mencengangkan mata dunia yaitu kemenangannya di perang Mu’tah dan perang Yarmuk. Dimana dengan strategi perangnya, pasukan Islam yang jumlah dan peralatannya kalah jauh dengan pasukan Romawi mampu memenangkan peperangan.

Selain keahliannya dalam dunia militer Khalid bin Walid juga memiliki kecerdasan yang bisa dibilang diatas rata rata manusia pada umumnya. Dengan  kecerdasan dan skill epicnya tersebut tak heran jika Khalid bin Walid mendapat julukan “The Perfect Leader”.

Dari perjalanan hidup beliau terdapat nilai nilai keteladanan yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran. Pada tulisan ini akan kami bahas tentang 4 nilai keteladanan dari sang panglima perang Khalid bin Walid.

  1. Cerdik

Dalam catatan sejarah kecerdikan Khalid bin Walid terlihat jelas khususnya dalam dunia kemiliteran. Bahkan sebelum masuk Islam, keahlian berperangnya sudah terbukti. Khalid bin Walidlah yang memporak porandakan pasukan kaum muslim pada perang Uhud. Dimana dengan kecerdikannya ia mampu menangkap peluang atas lalainya pasukan pemanah yang ikut turun berebut harta ghonimah. Ia memutari bukit dan kemudian menyerang pasukan muslim dari belakang secara tiba tiba.

Baca juga : 5 Levels of Leadership

Begitu juga ketika perang Mu’tah, dimana setelah beberapa panglima perang gugur, tampillah Khalid bin Walid sebagai panglima perang. Menyadari kekuatan yang tak berimbang dengan pihak musuh beliau mengatur strategi dengan merubah formasi pasukan. Kemudian beliau juga meminta pasukan berkuda untuk membuat debu debu bertebaran dan suara detak kaki kuda yang sangat keras. Hal itu dimaksudkan agar pasukan Romawi mengira bahwa bantuan telah tiba untuk memperkuat pasukan Islam. Sehingga dengan strategi tersebut akhirnya pasukan Islam mampu meraih kemenangan.

  1. Tidak Gila Jabatan

Sebuah catatan sejarah menyebutkan bahwa ada panglima perang yang tidak pernah kekalahan harus diganti. Itulah yang dialami oleh Khalid bin Walid. Secara tiba tiba beliau mendapat surat dari khalifah Umar bin Khattab untuk meletakkan jabatan panglima perang dan digantikan oleh Abu Ubaidah. Beliau dengan legowo dan tanpa protes menyerahkan jabatan sebagiamana titah Khalifah Umar. Beliau sadar bahwa motivasi berjihadnya selama ini bukan karena jabatan melainkan semata mata ikhlas demi menegakkan Islam.

Kita bisa membayangkan bagaiaman perasaan Khalid bin Walid ketika itu. Disaat dirinya berada di “puncak kejayaan” dan sangat semangat dalam memimpin perangan, tiba tiba dinon aktifkan. Jika bukan karena Allah SWT pasti ada rasa kesal dan pemberontakan dalam dirinya. Sampai beliau berujar “Sesungguhnya aku berjihad karena mencari ridho Allah SWT semata, bukan karena Umar atau manusia lainnya”.

The Perfect Leader, cirinya adalah pemberani dan semangat

The Perfect Leader, cirinya adalah pemberani dan semangat

  1. Pemberani dan Semangat

Khalid bin Walid memang mempunyai keberanian yang luar biasa. Ia tidak gentar ketika harus berhadapan dengan musuh yang begitu banyak. Baginya jumlah hanyalah angka hitungan semata. Karean ia yakin jumlah banyak tidak selalu menentukan kemenangan. Bahkan ada perkataan beliau yang sangat fenomenal yaitu “ Apakah kau kira aku takut terhadap pasukan musuh yang banyak? Sesungguhnya pasukan itu baru dianggap banyak jika brhasil memenangkan perang, dan akan dipandang sedikit jika ia kalah”.

Salah satu keberanian Khalid bin Walid bisa kita lihat ketika perang Mu’tah. Tercatat ada sembilan pedang patah di tangan Khalid bin Walid selama bertarung melawan pasukan Romawi. Meskipun pasca gugurnya ketiga panglima perang Islam sempat membuat ciut pasukan Muslim, namun Khalid bin Walid mampu membuktikan bahwa ia adalah pribadi yang pemberani. Dengan penuh keberanian dan semangat membara Khalid bin Walid mengambil alih komando perang  seraya memacu kudanya dan mengibarkan panji Islam di tangan kanannya.

Semangat tempurnya bergelora dan menghajar setiap musuh yang ada di depannya. Dengan seketika semangat dan keberanian itu menular ke seluruh pasukan Islam. Kemudian tak berselang lama, seluruh pasukan Islam memekikkan kalimat takbir yang dibarengi dengan suara sabetan pedang tanda pertempuran hebat sedang berlangsung.

  1. Keyakinan dan Komitmen yang Kuat

Sebelum Khalid bin Walid masuk Islam ia sangat gigih dalam membela kaumnya dalam memerangi kaum muslimin. Hal itu terbukti ketika terjadi perang Uhud, dimana pasukan muslim dibuat porak poranda karenanya. Komitmen membela keyakinan dan kaumnya sangat kuat dan totalitas.

Namun hal itu berbalik 180 derajat ketika jiwanya sudah tercerahkan oleh Islam. Seketika itu juga keyakinan dan komitmen yang kuat tersebut berpindah dari yang awalnya memusuhi kaum muslim berbalik menjadi membela dan berjuang bersamanya. Kondisi tersebut bisa terjadi tidak lain karena Khalid bin Walid mempunyai keyakian yang kuat akan kebenaran Islam. Kemudian dengan keyakinan tersebut mampu melahirkan sebuah komitmen perjuangan yang begitu hebat. Sehingga mengantarkan beliau menjadi panglima yang tidak pernah terkalahkan selama hidupnya.

Oleh : Alim Puspianto, M.Kom – Dosen Dakwah STAI Luqman Al-Hakim Surabaya dan Komanda Sakoda Hidayatullah Jatim

Related Articles

Leave a Comment